Senin 12 Aug 2019 17:13 WIB

Cina Sebut Hong Kong di Titik Kritis

Demonstrasi Hong Kong berlanjut dalam dua bulan terakhir.

Red: Nur Aini
Pengacara melakukan aksi jalan kaki di Hong Kong, Rabu (7/8). Mereka memberi dukungan bagi pengunjuk rasa antipemerintah.
Foto: AP Photo/Kin Cheung
Pengacara melakukan aksi jalan kaki di Hong Kong, Rabu (7/8). Mereka memberi dukungan bagi pengunjuk rasa antipemerintah.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Hong Kong berada di titik kritis setelah wilayah semiotonomi tersebut dilanda aksi protes sejak dua bulan terakhir.

"Gelombang protes antipemerintah yang melumpuhkan aktivitas perekonomian dan transportasi tersebut harus dihentikan," ujar juru bicara Kantor Urusan Hong Kong dan Makau, Yang Guang, yang disiarkan televisi setempat, Senin (12/8).

Baca Juga

Protes yang semakin bergolak membuat Hong Kong makin terperosok ke dalam krisis politik terbesar dalam beberapa dekade. Reuters melaporkan kondisi tersebut menimbulkan tantangan bagi pemerintah pusat di Beijing.

Yang Guang dalam pidatonya menyampaikan bahwa ia mendukung polisi untuk menangani aksi demontrasi besar sejak dua bulan terakhir di Hong Kong.

"Mereka yang peduli dengan kota harus melawan kekerasan itu," ujar Yang Guang.

Pada Ahad (11/8), ribuan orang berunjuk rasa di Hong Kong yang tersebar di berbagai lokasi sudut kota, mendorong polisi menembakkan gas air mata. Aksi-aksi demonstrasi yang menimbulkan kericuhan itu telah mendorong pemerintah pusat di Beijing mengambil sikap tegas.

Di bandara, 1.000 orang menggunakan pakaian hitam melakukan unjuk rasa sambil meneriakkan "Bebaskan Hong Kong. Revolusi Sekarang Juga".

Sementara itu, di Victoria Park, ribuan orang termasuk kaum lanjut usia turun ke jalan. Di bawah terik matahari, mereka menuntut pihak berwajib mendengarkan tuntutan masyarakat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement