REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yakin Uni Eropa akan mengalah di menit-menit terakhir. Surat kabar Inggris the Sun melaporkan Johnson yakin demi 'menyelamatkan Irlandia', Uni Eropa akan bersedia membuat kesepakatan baru dengannya.
Pada Selasa (13/8), the Sun melaporkan Brexit tanpa kesepakatan akan merugikan Irlandia. Johnson yakin pemimpin-pemimpin Uni Eropa akan mengalah atas isu utama yang disebut aturan backstop Irlandia. Aturan itu terkait dengan pengaturan perbatasan antara Irlandia Utara yang merupakan wilayah Kerajaan Inggris dan Republik Irlandia negara anggota Uni Eropa yang menjamin tidak akan ada perbatasan ketat atau hard border antara Inggris dengan Irlandia setelah Brexit.
Uni Eropa sudah mengatakan tidak akan membuka kembali perundingan kesepakatan yang dibuat dengan perdana menteri Inggris sebelumnya, Theresa May. Karena isu backstop juga sudah tercantum dalam kesepakatan yang ditolak Parlemen Inggris sebanyak tiga kali itu.
Johnson tidak membiarkan opsi referendum kedua. Ia pastikan Brexit akan dilaksanakan. Karena itu pemerintahannya gencar membuat kesepakatan dagang dengan negara-negara non-Eropa.
Pada Rabu (7/8) pekan lalu, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab memuji sambutan hangat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump atas ajakan kerja sama ekonomi pasca-Brexit. Ia mengatakan, Inggris menantikan kontrak kerja sama perdagangan pasca-Brexit.
"Kami menghargai antusiasme dan sambutan hangat presiden atas hubungan Inggris-AS," kata Raab.
Raab bertemu dengan Trump dan wakil presiden Mike Pence. Johnson menunjuk Raab sebagai menteri luar negeri bulan lalu.
"Inggris menantikan kerja sama dengan teman Amerika kami untuk meraih kesepakatan perdagangan bebas yang baik untuk kedua negara dan kerja sama untuk menghadapi tantangan keamanan yang kami hadapi," kata Raab.
Pada pekan sebelumnya Raab datang ke Bangkok, Thailand bertemu dengan 20 menteri luar negeri Asia-Pasifik membahas peluang kerja sama perdagangan dan mempererat hubungan diplomatik. Raab juga sempat mengatakan Inggris bertekad untuk meningkatkan hubungan ekonomi dengan mitra non-Eropa. Kini ia berusaha berkerja bersama dengan negara-negara itu untuk memastikan transisi kesepakatan perdagangan setelah Brexit berjalan mulus.
"Dan artinya bergerak cepat ke kesepakatan dagang yang lebih luas yang mendorong bisnis, menurunkan harga konsumen dan menghormati standar tinggi kami," katanya.