Selasa 13 Aug 2019 08:06 WIB

Duka Muslim Kashmir: Apa yang Kita Rayakan?

Kami menginginkan kebebasan, kami bukan bagian dari India, atau Pakistan.

Muslim Kashmir meneriakkan slogan anti-India dalam protes usai shalat Idul Adha di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Senin (12/8).
Foto: AP Photo/Dar Yasin
Muslim Kashmir meneriakkan slogan anti-India dalam protes usai shalat Idul Adha di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Senin (12/8).

REPUBLIKA.CO.ID, Kota Srinagar di Kashmir sebagian besar terkucil pada Senin (12/8) oleh pihak berwenang India dalam perayaan Idul Adha. "Diputuskan bahwa pembatasan akan diberlakukan saat Idul Adha untuk mencegah pertemuan yang bisa berubah menjadi kekerasan," katanya.

Pada Senin, banyak warga Srinagar mengatakan, mereka berencana untuk melewatkan acara penyembelihan hewan kurban. Ini karena mereka tidak merasa ingin merayakannya. "Apa yang kita rayakan? Saya tidak bisa menelepon kerabat saya untuk mengucapkan selamat Idul Adha, kami tidak bisa membeli barang. Jadi, perayaan macam apa ini?" ucap seorang wanita tua, Aneesa Shafi, yang memasuki sebuah masjid di daerah Barzulla kota.

Frustrasi meningkat di Kashmir yang mayoritas penduduknya Muslim atas langkah India pekan lalu untuk merenggut status otonomi bagi Negara Bagian Jammu dan Kashmir. Ratusan orang yang meneriakkan slogan-slogan anti-India turun ke jalan-jalan menyusul doa-doa di lingkungan Soura, tempat demonstrasi besar pada Jumat. Akan tetapi, pemerintah sebagian besar menutup daerah itu dan membuat protes tetap terlokalisasi.

"Kami menginginkan kebebasan, kami bukan bagian dari India, atau Pakistan," kata Asifa, seorang wanita berusia 18 tahun yang termasuk di antara mereka yang memprotes di Soura. "Modi berbohong kepada orang-orangnya bahwa penghapusan status khusus Kashmir baik untuk kita. Kami akan melawannya sampai napas terakhir kami," katanya.

Suara-suara pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan anti-India dan pro-Pakistan semakin keras ketika suara helikopter membubung di atas kepala. Setidaknya tiga pesawat yang melayang di atas Srinagar untuk berjaga-jaga.  Saksi mata melaporkan, insiden pelemparan batu pasukan keamanan secara sporadis pada Ahad dan Senin pagi.

Orang-orang masih berkumpul di masjid-masjid dalam jumlah besar pada Senin. Jamaah didorong untuk menghadiri shalat di daerah terdekat mereka daripada berjalan jauh ke masjid terkenal.

Pembatasan komunikasi tetap dilakukan selama delapan hari sejak 4 Agustus silam. Mereka hidup tanpa internet, ponsel, atau sambungan telepon rumah yang berfungsi. Sebenarnya tidak ada informasi independen yang muncul dari tempat lain di Lembah Kashmir, kecuali Srinagar dalam sepekan terakhir.

Di samping itu, penduduk mengatakan, keheningan di jalan-jalan kota itu seperti tidak pernah mereka alami sebelumnya selama Idul Adha. Bahkan, daerah-daerah yang paling terkenal, seperti alun-alun kota, Lal Chowk, yang seharusnya dipenuhi orang, kosong. Toko-toko ditutup, jendela dan dinding tertuliskan kata-kata anti-India, termasuk 'Go India Go Back' dan 'We Want Freedom'. n rossi handayani/reuters ed: yeyen rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement