Selasa 13 Aug 2019 22:00 WIB

Lagi, Israel akan Bangun Tembok Pemisah di Perbatasan Gaza

Militer Israel dengan represif terus mengintimidasi Gaza

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Hasanul Rizqa
Israel bangun tembok pembatas
Foto: suarapalestina.com
Israel bangun tembok pembatas

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Israel berencana membangun tembok pemisah di bagian utara pagar perbatasan Jalur Gaza, Palestina. Tembok dengan tinggi enam meter dan panjang sembilan kilometer itu akan didirikan dekat area komunitas Yad Mordechai dan Sderot.

Menurut laporan Channel 12 Israel yang dikutip Jerusalem Post, Kementerian Pertahanan Israel membangun tembok tersebut untuk menjauhkan komunitas Yahudi yang tinggal di sepanjang perbatasan Gaza. Pembangunan tersebut diperkirakan akan menghabiskan biaya puluhan juta shekel.

Baca Juga

Proses pembangunan itu diharapkan rampung pada musim panas mendatang. Selain tembok, Israel juga akan membangun penghalang lorong bawah tanah di dekat perbatasan Gaza. Tujuannya agar tak ada anggota kelompok pejuang Palestina yang dapat masuk ke wilayah yang diduduki Israel.

Pada Mei lalu, kelompok Hamas terlibat pertempuran dengan militer Israel. Konflik itu disebut-sebut merupakan yang terburuk sejak konflik Gaza pada 2014 lalu yang menyebabkan ribuan warga Palestina gugur.

Hamas kerap meluncurkan ratusan roket ke wilayah Israel. Adapun Tel Aviv membalasnya dengan melancarkan serangkaian serangan udara ke wilayah Gaza. Sebanyak 25 warga Palestina gugur, sedangkan empat orang Israel tewas dalam konflik terkini.

Kedua belah pihak sempat menghentikan gempuran setelah Mesir memediasi. Walau perundingan dilaporkan berlangsung sedemikian alot, kesepakatan dan gencatan senjata akhirnya dapat tercapai.

Sejak Maret 2018, situasi di Jalur Gaza, khususnya dekat perbatasan dengan Israel telah memanas. Israel mengintimidasi gelaran aksi Great March of Return yang dilakukan sejumlah warga Palestina di sana.

Dalam aksi itu, orang-orang Palestina menuntut Israel agar mengembalikan lahan dan tanah yang diduduki negeri zionis itu pasca-Perang 1967 kepada para pengungsi Palestina. Selain itu, warga Palestina juga menyuarakan protes atas keputusan Amerika Serikat di bawah administrasi Donald Trump yang memindahkan kedutaan besar ke Yerusalem.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement