Rabu 14 Aug 2019 12:42 WIB

Trump Tunda Tarif Impor 10 Persen Cina

Penundaan tarif impor barang Cina terkait musim liburan di AS.

Rep: Fergi Nadira/Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Seorang pria melihat-lihat spesifikasi power bank di sebuah supermarket di Beijing, Kamis (9/5). Ketegangan antara AS dan Cina telah mendorong Presiden Donald Trump meningkatkan tarif impor barang Cina.
Foto: AP Photo/Andy Wong
Seorang pria melihat-lihat spesifikasi power bank di sebuah supermarket di Beijing, Kamis (9/5). Ketegangan antara AS dan Cina telah mendorong Presiden Donald Trump meningkatkan tarif impor barang Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membatalkan tenggat waktu yang dijadwalkan 1 September untuk tarif 10 persen terhadap barang impor Cina. Trump menunda bea pada ponsel, laptop dan barang-barang konsumsi lainnya.

Penundaan tersebut dilakukan dengan harapan mengurangi dampak terhadap penjualan di masa liburan AS. Penundaan yang mempengaruhi sekitar setengah dari daftar target 300 miliar dolar AS atas barang-barang Cina berdampak pada kenaikan tajam saham serta membuat waspada pengecer dan kelompok teknologi.

Sebagai pengganti penundaan, tarif 10 persen akan berlaku mulai 15 Desember yang berlaku untuk ribuan produk termasuk pakaian dan alas kaki. Produk-produk tersebut mungkin sangat dibutuhkan untuk musim penjualan liburan.

"Kami melakukan ini untuk musim Natal, jika beberapa tarif akan berdampak pada pelanggan AS. Jika mereka (produk) mungkin berdampak pada warga AS, apa yang kami lakukan adalah menunda tarif 10 persen sehingga mereka tidak akan terkena dampak saat musim belanja Natal," kata Trump kepada wartawan di New Jersey, Rabu (14/8).

Kantor Perwakilan Dagang AS mengumumkan keputusan tersebut hanya beberapa menit setelah Kementerian Perdagangan Cina mengatakan, Wakil Perdana Menteri Liu He melakukan panggilan telepon dengan para pejabat perdagangan AS. Liu setuju dengan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin untuk berbicara lagi melalui telepon dalam dua minggu ke depan. Trump mengatakan kedua pihak masih akan bertemu pada awal September sesuai jadwal membicarakan soal perdagangan.

Penundaan tarif yang substansial dari daftar impor Cina yang tersisa senilai 300 miliar dolar AS ini, membuat saham AS melonjak. Sebelumnya penurunan tajam dalam sepekan terakhir, dengan Standard & Poor's 500, SPXup 1,5 persen dan Nasdaq Composite IXIC memperoleh hampir dua persen.

photo

Sementara, saham pemimpin pasar Apple Inc (AAPL.O) melonjak 4,2 persen di tengah berita bahwa produk-produk utamanya Iphone, tablet dan komputer laptop akan terhindar dari tarif untuk saat ini. Meski demikian, pemerintahan Trump masih berencana mengenakan tarif 10 persen pada ribuan makanan Cina, pakaian dan produk elektronik konsumen lainnya mulai 1 September.

Di antaranya adalah jam tangan pintar buatan Cina dari Apple dan Fitbit (FIT.N), pembicara pintar dari Amazon.com Inc AMZN., Google (GOOGL.O) dan Apple, serta headphone Bluetooth dan perangkat lain. Kategori ini  diperkirakan senilai 17,9 miliar dolar AS terakhir tahun oleh Asosiasi Teknologi Konsumen. Televisi layar datar dari China yang masuk kategori senilai 4,5 miliar dolar AS, juga akan menghadapi tarif 10 persen pada 1 September setelah terhindar dari tarif putaran pertama Trump lebih dari setahun yang lalu.

Untuk hewan hidup, produk susu, ski, bola golf, lensa kontak, baterai lithium ion, dan peniup salju juga akan mendapatkan tarif AS 10 persen pada 1 September. Semua itu tertunda menimbang musim liburan di AS. Penundaan tarif dikombinasikan dengan pembicaraan baru dengan China yang menyarankan Trump mungkin bersedia berkompromi.

"Seperti biasa, Cina mengatakan mereka akan membeli 'besar' dari Petani Amerika kita. Sejauh ini mereka belum melakukan apa yang mereka katakan. Mungkin ini akan berbeda!" kata Trump.

Penundaan tarif Trump terjadi di tengah kekhawatiran yang berkembang tentang perlambatan ekonomi global. Goldman Sachs mengatakan, kekhawatiran perang dagang AS-Cina mengarah ke peningkatan resesi. Goldman tidak lagi mengharapkan kesepakatan perdagangan antara kedua negara sebelum pemilihan presiden AS 2020.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement