Kamis 15 Aug 2019 08:48 WIB

Anggota DPR Keturunan China Terlibat Sayap Rahasia Tiongkok

Anggota DPR Australia itu terlibat organisasi untuk mempengaruhi pemerintah asing

Red:
abc news
abc news

Seorang anggota DPR Australia keturunan China Gladys Liu ternyata memiliki kaitan dengan organisasi kepanjangan tangan Pemerintah China. Organisasi itu adalah sayap rahasia yang bertujuan mempengaruhi pemerintah asing dan para ekspatriat China di luar negeri.

Menyoal Politisi Keturunan

  • Anggota DPR Australia pertama keturunan China Gladys Liu terkait dengan United Front, salah satu sayap rahasia Pemerintah China
  • United Front bertujuan untuk memengaruhi pemerintah asing dan warga China di luar negeri
  • Politisi Partai Liberal ini menjelaskan dirinya bergabung dengan United Front untuk membantu promosi perdagangan dan mengaku telah mengundurkan diri pada 2016

 

Fakta ini terungkap oleh Tim Investigasi ABC News, setelah menyelidiki latar-belakang politisi keturunan China yang membuat sejarah karena merupakan yang pertama terpilih ke DPR atau Majelis Rendah Parlemen Australia pertengahan 2019 lalu.

Gladys Liu ternyata pernah ditunjuk sebagai ketua kehormatan World Trade United Foundation (WTUF) yang berbasis di Hong Kong. Para sumber ABC menyebut organisasi ini berafiliasi dengan China untuk mempengaruhi pemerintah asing dan ekspatriat China di negara lain.

Tokoh Partai Liberal Bruce Atkinson yang merupakan anggota parlemen negara bagian Victoria, juga memiliki hubungan dengan WTUF selama beberapa tahun. Atkinson yang dihubungi ABC membantah dengan mengatakan dia tidak berperan aktif di WTUF serta menolak tuduhan bahwa dirinya jadi sarana pengaruh China dalam politik Australia.

Gladys sendiri mengakui bergabung dengan WTUF tapi, katanya, untuk "mempromosikan perdagangan Australia dan Hong Kong". Dia juga mengaku telah mengundurkan diri dari WTUF "sekitar 2016".

WTUF menggambarkan dirinya sebagai "organisasi nirlaba global". "Sebagai organisasi non-pemerintah dengan status konsultatif untuk PBB. WTUF berpengalaman 18 tahun dalam diplomasi publik," kata jurubicara WTUF.

"Ini, kata dia melanjutkan, "menjadikan WTUF sebagai platform internasional dengan pengaruh sosial yang besar.

WTUF menyebut diri berdedikasi mendorong perdagangan bebas, tapi pengamat di Hong Kong mengungkap kegiatan perdagangan WTUF hampir tidak ada buktinya.

Para pengamat malah mengatakan hubungan WTUF dengan Pemerintah China dan Partai Komunis China (PKC) justru sangat jelas.

Mereka menambahkan, WTUF adalah bagian dari United Front PKC, yang bertujuan memajukan kepentingan PKC melalui berbagai organisasi sayap.

Sejumlah besar pengurus WTUF dan ketua kehormatannya, adalah sosok yang memegang posisi pemerintahan dan organ PKC yang berperan mengarahkan kegiatan United Front.

Pengamat China memastikan hal ini sebagai pertanda pasti bahwa WTUF disetujui oleh Beijing dan PKC.

Di Australia sendiri, sejumlah organisasi diduga memiliki kaitan dengan United Front tersebut.

Apa itu United Front

United Front adalah perwujudan strategi Beijing dalam meningkatkan reputasi dan kekuasaan dengan mempengaruhi warga China serta ekspatriatnya di negara seperti Australia. Pada level tertinggi, organisasi ini didukung oleh Presiden Xi Jinping sendiri.

"Tujuan United Front China pada dekade lalu adalah melayani kebangkitan China, memobilisasi dunia luar semaksimal mungkin, melayani kepentingan dan kebijakan China, terutama Belts and Roads Initiatives," jelas Dr Wu Qiang, analis politik yang banyak memantau kegiatan United Front.

Pada 2015 Presiden Xi memutuskan bahwa program United Front harus ditingkatkan secara substansial. "Kegiatan United Front, dana, dan efektivitasnya meningkat secara signifikan," kata Dr Wu.

Dana kegiatan United Front mencapai 293 miliar dolar setahun (Rp 2.900 triliun) untuk "pemeliharaan stabilitas". Jumlah itu dialokasi ke United Front dan proyek-proyek lainnya.

United Front beroperasi melalui perusahaan dan organisasi yang tampaknya independen dari Pemerintah dan PKC. Tujuannya untuk mempengaruhi kegiatan dan pernyataan publik warga China di China dan di luar negeri.

Pengaruh ini bertujuan meredam kritikan ke China dan memberi penghargaan kepada para pendukungnya. Sebagian besar organisasi terseut secara nyata tidak menyatakan diri sebagai bagian dari United Front.

WTUF teridentifikasi sebagai bagian United Front

World Trade United Foundation (WTUF) didirikan oleh Baima Aose, pria yang menyebut dirinya "Buddha hidup", yang banyak menampilkan foto-foto dirinya dengan Presiden AS Donald Trump dan Wapres Mike Pence. WTUF diketahui menyumbang sejumlah kegiatan di Australia. Aktivitas Baima Aose sendiri memiliki jejak-jejak persetujuan dari Beijing.

Dia dan pengurus WTUF lainnya hadir dalam perjamuan negara di China tahun 2015 dan 2016. Perjamuan itu digelar oleh Dewan Negara di Aula Rakyat, untuk merayakan berdirinya Republik Rakyat China. Undangan untuk acara yang juga dihadiri Presiden Xi Jinping ini, harus mendapat persetujuan Politbiro PKC.

Tim akademisi Hong Kong Sonny Shiu-hing Lo, Steven Chung-fun Hung, dan Jeff Hai-chi Loo telah menyelidiki pengurus WTUF dan menyimpulkan mereka itu terlibat kerja-kerja United Front. Dalam buku yang segera diterbitkan, China's New United Front Work in Hong Kong, mereka menguraikan bagaimana pengurus WTUF Brave Chan Yung dan Lo Man-tuen, terlibat dalam politik pro-Beijing di Hong Kong.

Sejumlah besar pengurus WTUF lainnya berasal dari Konferensi Konsultatif Politik China atau United Front Work Department, dua kendaraan utama kegiatan United Front.

Menurut Feng Chongyi, akademisi di Sydney, daftar pengurus WTUF menunjukkan hubungan yang jelas dengan United Front. "Jika melihat struktur dan kepemimpinan, termasuk ketua kehormatan dan pemegang jabatan eksekutif, kita bisa melihat kaitan mereka dengan operasi United Bersatu," katanya.

Salah satu kebijakan United Front yaitu mempengaruhi warga China ekspatriat untuk masuk partai politik di negara tempat tinggal mereka, dan brusaha jadi caleg.

Kebijakan ini dalam terminologi China disebut sebagai huaren canzheng atau "partisipasi politik etnis China".

"Pada dekade lalu, kita melihat perkembangan terbaru United Front yang mendorong orang China untuk aktif berpartisipasi dalam pemilu di negara lain dan menjadi politisi lokal," ujar Wu Qiang, mantan dosen Universitas Tsinghua di Beijing.

"Diharapkan dengan cara ini, akan bisa mempengaruhi kebijakan dan pemerintahan negara lain," katanya.

Juru bicara WTUF tidak bersedia menjawab langsung pertanyaan ABC, apakah WTUF terlibat dalam United Front. Namun juru bicara WTUF mengatakan, "Kami tidak setuju dengan teori atau dugaan Anda."

Dua caleg bersaing di Melbourne - keduanya terkait WTUF

Pada tahun 2014, Gladys Liu diangkat menjadi ketua kehormatan UCCAA - Asosiasi Perdagangan China Bersatu Australia. UCCAA digambarkan oleh pengacaranya sebagai anak perusahaan WTUF yang didirikan di Melbourne oleh pendiri WTUF, Baima Aose.

Kepada ABC, jurubicara WTUF menjelaskan bahwa UCCAA adalah "afiliasi" dari "jaringan kemitraan global" WTUF dan tidak memiliki hubungan hukum atau ekonomi dengan WTUF. Bersamaan dengan Gladys, Jennifer Yang juga ditunjuk sebagai ketua kehormatan UCCAA.

Kedua wanita ini belakangan menjadi caleg yang bersaing di Dapil Chisholm di Melbourne pada Pemilu Australia 2019. Gladys sebagai caleg partai pemerintah, Partai Liberal, sedangkan Jennifer sebagai caleg partai oposisi, Partai Buruh.

Dalam pernyataan tertulis kepada ABC, Gladys mencoba menjelaskan kaitannya dengan WTUF. "Saya bergabung dengan World Trade United Foundation cabang Melbourne tanpa alasan lain kecuali untuk mendukung promosi perdagangan antara Australia dan Hong Kong, dan mendorong anggota komunitas Australia-Hong Kong melakukan kerja kemasyarakatan," katanya.

"Saya mengundurkan diri dari keanggotaan saya sekitar 2016 karena keterbatasan waktu," ujar Gladys.

Tapi ABC memastikan kaitan Gladys WTUF dan anak perusahaannya terus berlanjut sampai setidaknya akhir Agustus 2017. Saat itu, dia masih menghadiri acara gala di Melbourne yang diselenggarakan bersama oleh kedua organisasi.

Seorang penasehat Gladys menjelaskan kepada ABC bahwa dia hadir di acara itu hanya sebagai penerjemah. Jennifer juga menghadiri acara yang sama. Keduanya bahkan tampil di panggung bersama Bruce Atkinson.

Kepada ABC, Jennifer menjelaskan dirinya tidak ingat lagi apakah secara resmi pernah ditunjuk sebagai ketua kehormatan UCCAA. Namun, dia mengakui hubungannya dengan organisasi ini. Dia diperkenalkan ke WTUF, katanya, oleh anggota komunitasnya.

"Saya melihat video yang mengatakan mereka ini terkait dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Mereka mengatakan ingin melakukan kegiatan amal, itulah misi mereka," kata Jennifer Yang.

Dia mengakui hadir dalam beberapa acara di Melbourne untuk mengakui donasi dari WTUF/UCCAA ke berbagai badan amal. Dia mengaku hadir di gala besar sebelum pemilu negara bagian Victoria 2014.

"Secara umum saya hanya berusaha membantu," katanya. "Saya selalu mendorong orang melakukan kegiatan amal."

ABC memastikan bahwa foto Jennifer masuk sebagai pengurus WTUF tahun 2015 serta 2016. Gladys Liu dan Atkinson juga termasuk pengurus 2015; dan Atkinson tetap masuk di kepengurusan 2016.

Meski Jennifer, Gladys dan Atkinson hadir di acara WTUF pada Agustus 2017, namun ABC belum bisa memastikan apakah Jennifer hadir di acara di Hong Kong atau Beijing. Terungkapnya fakta hubungan Gladys dan Jennifer dengan organisasi yang berbasis di Hong Kong itu berarti, siapa pun yang terpilih di Dapil Chisholm dalam Pemilu Australia bulan April lalu, maka pemenang itu memiliki hubungan dengan WTUF.

Gladys ditunjuk sebagai ketua kehormatan UCCAA tahun 2014, namun perannya dalam organisasi induk di Hong Kong secara signifikan mengubah apa yang diketahui tentang latar belakangnya. Jennifer mengaku dia tidak menerima dukungan finansial dari UCCAA untuk kampanye di Chisholm. Sedangkan Gladys tidak mau menjawab pertanyaan ini. UCCAA yang dihubungi terpisah juga menolak memberikan komentar.

Pakar hukum konstitusi dari University of Sydney, Anne Twomey, menjelaskan UU Transparansi Pengaruh Asing tahun 2018 mengatur anggota Parlemen Australia dikecualikan dari keaajiban mendaftarkan seluruh kegiatan atas nama kepentingan asing. UU ini tidak mencakup jabatan kehormatan seperti yang dimiliki Gladys dan Atkinson.

"Banyak anggota parlemen memiliki komunitas etnis besar di Dapilnya dan mewakili kepentingan mereka, yang mungkin juga melibatkan kepentingan negara asal mereka," kata Twomey.

Politisi Australia ketua kehormatan WTUF

Politisi Bruce Atkinson juga pernah ditunjuk sebagai ketua kehormatan WTUF. Dia sering tampil dalam postingan media sosial dari pendiri WTUF Baima Aose.

Pada Agustus 2014 misalnya, ketika Hong Kong ramai dengan aksi demo "payung", Atkinson menerima delegasi WTUF di Parlemen Victoria. Dalam kesempatan itu Gladys Liu tampak hadir bersama delegasi WTUF.

Ditanya mengapa dia menemui delegasi ini di Parlemen, Atkinson berdalih sebagai tuan rumah bagi banyak delegasi seperti itu, dan bukan berarti mendukung delegasi itu. Dia mengaku sangat mendukung kebijakan multikultural di Victoria.

Pada Januari 2015, atau 79 hari setelah demonstrasi Hong Kong yang menyerukan hak pilih universal, Liu dan Atkinson datang ke acara WTUF di Hong Kong. Di sana, Atkinson ditampilkan sebagai "tamu ketua" bersama CEO Hong Kong Leung Chun-ying dan Wang Zhimin, direktur kantor penghubung Pemerintah China di Hong Kong.

Kantor penghubung itu adalah koordinator utama kegiatan United Front di sana. Pasangan ini kemudian melakukan perjalanan ke Beijing dan bertemu pejabat senior Partai Komunis China bernama Zhang Meiying yang mengkoordinasikan kegiatan United Front.

 

Atkinson bahkan diwawancarai oleh media China. Saat ditanya soal tuntutan demonstran Hong Kong, dia mengatakan tidak percaya "standar internasional" untuk pemilu. "Setiap negara atau wilayah harus memilih sistem yang sesuai dengan situasinya," begitu kata Atkinson, yang tampaknya sejalan dengan retorika Beijing mengenai Hong Kong.

Ketika ditanya ABC, Atkinson mengatakan pernyataannya itu merupakan "fakta". Negara-negara demokrasi, katanya, memiliki "struktur dan metode pemilu yang berbeda".

"Dalam demokrasi, satu suara satu nilai adalah hak dan saya ingin melihat hak itu diperluas secara universal," katanya.

Atkinson berdalih jabatannya itu murni kehormatan dan dia "tidak berperan aktif dalam organisasi China, termasuk peran sebagai penasihat, konsultatif atau eksekutif."

Dia juga mengatakan tidak ada entitas atau individu China yang coba mempengaruhi pemikirannya dalam masalah politik. Namun, dia mengatakan prihatin dengan munculnya sikap bahaya laten "merah" (Komunis) di Australia.

"Sikap tersebut membatasi kemampuan kita terlibat dialog konstruktif soal isu yang menyangkut pemerintah Australia dan warganya. Juga sudah berdampak negatif pada perekonomian kita. Dan berpotensi menimbulkan ketegangan rasial bagi warga Australia keturunan China yang telah berkontribusi penting dan positif bagi negara kita," katanya.

Sementara itu Gladys Liu saat ditanya seoal aksi demo di Hong Kong saat ini, mengatakan "sejumlah besar orang di Hong Kong yang turun ke jalan menyuarakan keprihatinan mereka menunjukkan kepada dunia jenis semangat dan komitmen terhadap demokrasi yang dimiliki rakyat Hong Kong".

"Dialog damai adalah tindakan terbaik dalam menyelesaikan perselisihan, sejalan dengan nilai-nilai demokrasi Australia dan dengan praktek demokrasi Hong Kong, yang dihargai Australia dan banyak negala lain di dunia."

 

Atkinson tetap saja mendukung WTUF. Pada Mei lalu misalnya, dia ditunjuk sebagai Wakil Ketua Heaven Springs Dynasty Harvest Group dan pemimpin perusahaan internasionalnya, yang terkait dengan WTUF. Perusahaan itu bergerak di bidang ekstraksi air dari udara lembab.

Heaven Springs adalah perusahaan korporat signifikan, yang menyebut bisnisnya meliputi teknologi cerdas, film dan televisi, barang mewah dan big data, bernilai 370 juta dolar AUD. Semua direktur perusahan ini juga terlibat dalam WTUF. Atkinson berdalih tidak menerima keuntungan finansial dari organisasi China mana pun, namun mengaklui dia merupakan pemegang saham perusahaan teknologi air tersebut.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement