Kamis 15 Aug 2019 08:38 WIB

Di Jepang Ada Pendeta Buddha dari Robot Bisa Berkhotbah dan Berdoa

Pendeta Budha dari robot diklaim untuk menarik minat kaum muda.

Rep: deutsche-welle/ Red:
Kulil Kodaiji
Foto: wikipedia.
Kulil Kodaiji

Sebuah kuil berusia 400 tahun di Jepang berusaha menarik minat masyarakat terhadap Buddhisme dengan menempatkan sebuah pendeta robot. Langkah ini diyakini dapat mengubah persepsi terhadap ajaran Buddha. Namun ada juga kritik yang mengatakan robot itu malah mirip "monster Frankenstein."

Robot android ini mengambil wujud dewa pengampunan Buddha dan bisa memberi wejangan-wejangan. Robot pendeta ini bisa ditemui di Kuil Kodaiji di Kyoto.

"Robot ini tidak akan pernah mati, akan terus memperbarui dirinya dan berkembang," ujar pendeta Tensho Goto. "Itulah keindahan robot. Ia bisa menyimpan pengetahuan selamanya dan tanpa batas."

"Dengan kecerdasan buatan, kami berharap kebijaksanaan (robot) ini akan tumbuh untuk membantu orang mengatasi masalah yang paling sulit sekalipun. Ini mengubah agama Buddha," tambah Goto.

Robot berukuran manusia dewasa ini mulai beroperasi awal tahun ini dan mampu menggerakkan badan, lengan, dan kepalanya.

Namun hanya tangan, wajah, dan bahunya saja yang dilapisi silikon untuk meniru kulit manusia. Robot ini bisa menempatkan tangannya dalam posisi berdoa dan juga bisa berbicara dengan nada yang menenangkan. Selebihnya orang masih bisa melihat dengan jelas kalau ini bukan manusia sungguhan.

Mengajarkan kasih sayang

Ada kabel dan dan lampu berkedip mengisi rongga tengkorak kepala bagian atas robot ini. Kabel juga mengelilingi dan bergoyang-goyang di sekitar tubuh yang terbuat dari aluminium dan bergender netral ini.

Sementara sebuah kamera video kecil yang dipasang di mata kiri melengkapi gambaran aneh robot ini. Orang mungkin akan langsung teringat pada cyborg di film-film fiksi ilmiah Hollywood.

Dana nyaris sebesar satu miliar dolar AS pun telah dihabiskan untuk mengembangkan robot yang adalah proyek gabungan kuil Zen dengan profesor robot kenamaan dari Universitas Osaka, Hiroshi Ishiguro.

Humanoid yang bernama Mindar ini mengajarkan kasih sayang dan mengingatkan bahayanya hasrat, amarah dan ego.

"Anda terlalu mementingkan ego," ujar sang robot mengingatkan para peziarah. "Keinginan duniawi adalah hal yang remeh."

Rangkul kaum muda yang terasing dari agama

Dengan meredupnya pengaruh agama pada kehidupan sehari-hari di Jepang, Goto berharap pendeta robot di Kuil Kodaiji ini akan dapat menjangkau generasi muda dengan cara yang tidak bisa dilakukan oleh para bhikkhu tradisional.

"Kaum muda mungkin berpikir kuil adalah tempat untuk pemakaman atau pernikahan," katanya.

"Mungkin sulit untuk merasa terhubung dengan pendeta seperti saya, tapi mudah-mudahan robot bisa menjadi cara yang menyenangkan untuk menjembatani celah itu. Kami ingin orang melihat robot dan berpikir tentang esensi ajaran Buddha."

Goto bersikeras bahwa Mindar bukanlah usaha tipu daya untuk meningkatkan pendapatan dari kunjungan wisatawan.

"Robot ini mengajarkan kita cara mengatasi rasa sakit," katanya. "Ia hadir di sini untuk menyelamatkan siapa pun yang mencari bantuan."

Droid yang saleh ini pun bisa menyampaikan wejangan dari Sutra Hati dalam bahasa Jepang, dengan terjemahan dalam bahasa Inggris dan Cina yang diproyeksikan ke layar untuk pengunjung asing.

"Tujuan ajaran Buddha adalah untuk meringankan penderitaan," kata Goto. "Masyarakat modern menderita berbagai jenis stres, tetapi tujuan (Buddha) tidak benar-benar berubah selama lebih dari 2.000 tahun."

Disukai orang Jepang, dikritik barat

Sebuah survei Universitas Osaka baru-baru ini menunjukkan berbagai umpan balik dari mereka yang telah berinteraksi dengan robot ini. Banyak yang merasa terkejut dengan pengalaman mereka.

"Saya merasakan kehangatan yang tidak akan Anda rasakan dari mesin biasa," kata salah seorang yang disurvei.

"Awalnya terasa agak tidak wajar, tetapi robot ini mudah diikuti," ujar seorang pengunjung kuil lainnya. "Itu membuat saya berpikir mendalam tentang hal yang benar dan salah."

Namun yang lain merasa kurang yakin, beberapa bersikeras bahwa robot itu terlalu "palsu."

"Khotbahnya terasa tidak nyaman," keluh seorang pengunjung yang datang untuk berdoa. "Ekspresi robot sepertinya terlalu direkayasa."

Kuil Kodaiji juga menghadapi kritik yang kebanyakan berasal dari orang asing karena dianggap merusak kesucian agama.

"Orang dari negara barat utamanya menjadi yang paling kesal dengan robot ini," kata Goto, menambahkan bahwa sebagian besar umpan balik positif datang dari pengunjung asal Jepang. "Bisa jadi karena pengaruh Alkitab, tetapi orang Barat membandingkannya dengan monster Frankenstein," tambahnya.

"Orang-orang Jepang tidak memiliki prasangka terhadap robot. Kami tumbuh besar dengan komik di mana robot adalah teman kami. Orang barat punya pemikiran berbeda."

Goto membantah tuduhan bahwa Kuil Kodaiji, yang baru-baru ini dikunjungi oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron, telah melakukan penistaan.

"Tentu saja sebuah mesin tidak memiliki jiwa," katanya. "Tapi keyakinan Buddha bukan tentang percaya pada Tuhan. Ini tentang mengikuti jalan Buddha, jadi tidak masalah apakah (jalan) itu diwakili oleh mesin, potongan besi atau sebuah pohon."

Kuil ini juga menegaskan bahwa dewa belas kasihan mampu mengubah dirinya sesuka hati dan robot hanyalah wujud inkarnasi terbaru.

"Kecerdasan buatan telah berkembang sedemikian rupa sehingga kami pikir logis bagi Buddha untuk berubah jadi robot," kata Goto. "Kami berharap ini bisa menyentuh hati dan pikiran orang-orang."

ae/hp (AFP)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement