Kamis 15 Aug 2019 21:42 WIB

Merek Terkenal Dunia Jadi Sasaran Kemarahan China Karena Hong Kong

Mereka mengatakan Hong Kong adalah negara terpisah dari China.

Red:
abc news
abc news

Dunia bisnis semakin tidak terpisahkan dari politik, dengan beberapa merek internasional harus meminta maaf karena mengatakan Hong Kong adalah negara terpisah dari China.

Bisnis Hong Kong China

Merek-merek terkenal seperti fesyen terkenal Versace dan perusahaan perhiasan Swarovski harus meminta maaf karena beberapa bintang iklan mereka asal China menarik diri dari produk mereka.

Swarovski mengunggah permintaan maaf mereka di halaman Facebook pada hari Selasa (13/8/2019), dan mengatakan bahwa pihaknya "bertanggung jawab penuh" dan "dengan tulus meminta maaf kepada masyarakat China" setelah memasukan Hong Kong sebagai negara yang terpisah di situs resmi mereka.

Permintaan maaf terbuka ini disampaikan hanya beberapa hari setelah beberapa retail barang mewah lainnya, termasuk Calvin Klein, Givenchy dan Asics, juga meminta maaf atas kesalahan yang sama dalam cara mereka merujuk ke kota semi-otonom Hong Kong dan Makau serta wilayah otonomi Taiwan.

Hari Minggu (11/8/2019), rumah mode Italia Versace dan direktur artistiknya Donatella Versace juga meminta maaf setelah T-shirt rancangan rumah mode mereka menuai protes keras di medsos China karena tampaknya menyiratkan Hong Kong dan Makau sebagai negara-negara independen.

Versace melalui akun Weibo-nya mengatakan mereka telah melakukan kesalahan dan pada 24 Juli telah menghentikan penjualan T-shirt tersebut dan telah menghancurkannya.

Aktris China terkenal yang menjadi duta Versace di China Yang Mi, mengatakan pada akun Weibo-nya bahwa ia telah mengakhiri kontraknya dengan Versace lantaran masalah ini.

"Integritas dan kedaulatan wilayah China adalah suci dan tidak dapat diganggu gugat kapanpun," kata Jiaxing Media, sebagai agen Yang Mi dalam pernyataannya, yang sejak diunggah telah dilihat lebih dari 640 juta orang.

Beberapa perusahaan multinasional lain juga menuai sorotan pekan ini karena tidak mematuhi klaim teritorial China, dan akibatnya memicu kemarahan sejumlah konsumen dan selebriti China di dunia maya.

 

Duta merek China untuk label fesyen seperti Coach dan Givenchy juga telah memutuskan hubungan dengan perusahaan terkait produk yang mereka katakan melanggar kedaulatan China dengan mengidentifikasi Hong Kong dan Taiwan sebagai sebuah negara merdeka.

Duta besar merek dagang Coach untuk China, supermodel Liu Wen, mengatakan kepada Weibo bahwa dirinya juga telah memutuskan kesepakatan untuk memberikan endorsement dengan label yang berbasis di New York itu untuk menggunakan kaos bernada serupa dengan Versace, yang juga menyebut Taiwan sebagai negara.

Label Coach mengatakan pihanya menemukan "ketidaktepatan yang serius" pada Mei 2018 dan segera menarik kaos mereka itu dari semua rantai toko globalnya.

Topik 'Coach’' sempat menjadi trending di Weibo pada Senin pagi, dengan menerima 1,2 miliar tampilan.

 

Secara terpisah, brand ambassador Samsung, penyanyi China dan anggota band K-pop Zhang Yixing, juga mengumumkan akan membatalkan kontraknya dengan merek elektronik tersebut.

Menurut sebuah unggahan Twitter yang dikutip media milik pemerintah China Global Times, bintang K-pop itu telah "menemukan Samsung telah memasukan China, Taiwan dan Hong Kong dalam daftar negara dan tanpa merevisi dua wilayah terakhir itu sebagai bagian dari wilayah China di situs webnya.

Sejauh ini Samsung tidak mengeluarkan permintaan maaf.

Blunder ini terjadi di tengah ketegangan yang terus meningkat antara China dan Hong Kong.

Sejumlah merek dagang Hong Kong juga menghadapi tekanan untuk menjauhkan diri dari pengunjuk rasa

 

Maskapai ini menangguhkan penerbangan kedua mereka pada hari Selasa menyusul berlangsungnya kerusuhan yang semakin dalam yang mengakibatkan operasional Cathay terganggung dan saham perusahaan itu jatuh.

Cathay yang dianggap sebagai simbol masa lalu dari era pemerintah kolonial Hong Kong ketika dibawah kuasa Inggris, malah menjadi salah satu sasaran utama para pengunjuk rasa yang ingin melumpuhkan perekonomian kawasan tersebut.

Saham Cathay Pacific langsung merosot ke level terendah dalam 10-tahun, terdampak oleh kekhawatiran bahwa Beijing bisa menjatuhkan sanksi lebih lanjut pada maskapai itu.

Minggu lalu, regulator penerbangan China menuntut Cathay menangguhkan personelnya yang terlibat dalam atau mendukung protes ilegal di Hong Kong.

Cathay juga kemudian merumahkan seorang pilot yang terlibat dalam unjuk rasa.

Maskapai ini juga memecat dua staf darat dan mengirim email peringatan kepada karyawannya.

"Kami mengutuk semua kegiatan ilegal dan perilaku kekerasan, yang secara serius merusak prinsip dasar 'Satu Negara, Dua Sistem' sebagaimana diabadikan dalam Undang-Undang Dasar," kata Swire Pacific Ltd, perusahaan pemegang saham utama Cathay Pacific.

ABC/wires

Lihat berita selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement