Kamis 15 Aug 2019 21:39 WIB

Media Dianggap tak Bersimpati Atas Korban Penusukan

Simpati terus mengalir terhadap korban penusukan di Sydney

Red:
abc news
abc news

Simpati terus mengalir terhadap korban penusukan di Sydney hari Selasa (13/8/2019) yang sudah diidentifikasi sebagai Michaela Dunn, perempuan berusia 24 tahun, seorang pekerja seks.

Sejauh ini media di Australia bersikap sensitif memberitakan latar belakang Michaela. Polisi juga hanya menyampaikan sedikit latar belakangnya, meminta media untuk menghormati keluarga yang lagi berduka.

Ibu dan saudara perempuan Michaela sudah berbicara dengan media, namun tidak ada yang menyebut nama maupun memuat gambar mereka.

Ibu korban diwawancarai oleh jaringan televisi Nine News namun tidak diperlihatkan wajahnya. Dia mengatakan putrinya Michaela, mantan mahasiswa Notre Dame University dan Rosebank College, adalah seseorang yang dicintai banyak orang.

Sang ibu menggambarkan anaknya sebagai "putri cantik dari keluarga yang baik" yang sudah berkeliling dunia dan sangat dicintai oleh saudaranya.

Sang ibu mengatakan dia belum bisa menerima kenyataan bahwa putrinya telah meninggal. Dia menyebut putrinya itu berasal dari "keluarga biasa dari kawasan perumahan di Sydney."

Media sejauh ini bahkan tidak menyebut nama kawasan perumahan tersebut, hanya menyebut tempat tinggal orangtuanya sebagai "inner West Sydney", Sydney Barat Dalam.

Menurut laporan tabloid Herald Sun, Michaella menamatkan pendidikan menengah tahun 2012, dan melanjutkan ke Notre Dame University, jurusan kehumasan dan marketing.

Cerita mengenai sejarah sebagai pekerja seks hanya disebutkan bahwa dia terdaftar di perusahaan Surefire Match tahun 2015. Namun tidak dijelaskan kapan dia mulai bekerja sebagai pekerja seks.

Menurut teman-teman Michaella yang memberikan pernyataan bela sungkawa di media sosial, hal yang sepatutnya diingat dari korban adalah kehidupan dan kepribadiannya. Bukan karena profesinya.

Beberapa temannya kembali mengecam tindak kekerasan yang dilakukan pria di Australia yang menyebabkan seorang perempuan tewas.

"Saya marah karena kekerasan yang dilakukan laki-laki menyebabkan satu korban lagi," tulis seorang teman Michaella, Joan Westenberg.

Westenberg mengatakan bahwa dia mengenal Michaella sejak dia masih sekolah sekitar 14 tahun.

"Dia seorang manusia dan sekarang sudah tidak ada lagi. Dia meninggal karena kekerasan seorang pria," tambahnya.

Terlalu fokus pada pria yang menangkap pelaku

Sementara itu seorang pekerja seks bernama Rose Harper mengatakan bahwa fokus media sejak penyerangan terjadi lebih banyak ditujukan kepada beberapa pria yang menangkap pelaku penusukan Mert Ney.

Seharusnya menurut Harper yang mengunjungi Australia untuk melayani kliennya, perhatian dan simpati lebih banyak ditujukan kepada Michaella.

"Dalam beberapa artikel yang saya baca mengenai kematiannya, Dunn diperlakukan hanya sebagai catatan kaki."

"Mereka (media) bahkan tidak menggunakan kata 'perempuan', namun hanya menyebutnya sebagai pekerja seks," kata Harper.

Asosiasi Pekerja Seks Australia mengatakan sangat terpukul dengan "serangkaian tindakan kekerasan kejam yang menimpa mereka."

Dalam pernyataannya, asosiasi tersebut mengatakan seluruh korban yang terlibat dalam insiden ini adalah anggota dari keluarga dan komunitas.

"Tidak seorang pun harus digambarkan secara sensasional hanya karena mereka tewas ketika sedang melakukan pekerjaannya," kata pernyataan tersebut.

Dari postingan di Instagramnya, Michaella diketahui baru kembali dari perjalanan ke Sri Lanka dan Amerika Serikat selama sebulan bersama teman-temannya.

Ada juga video yang menunjukkan perayaan Tahun Baru 2019 di Sri Lanka sebelum menghadiri festival musik populer Coachella di Australia bulan April.

Tahun lalu Michaella berlibur ke Fiji bersama teman-temannya. Fotonya menunjukkan dia tersenyum di depan anak-anak sekolah setelah memberi sumbangan alat tulis.

Sebelum menjadi pekerja seks, Michaella pernah bekerja di tempat bermain bowling, Tenpin City.

Simak berita-berita lainnya dari ABC Indonesia

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement