Kamis 15 Aug 2019 15:46 WIB

Pakistan: Pembantaian Muslim Bisa Terulang di Kashmir

Perdana Menteri Pakistan menyebut apa yang terjadi di Kashmir tidak bisa dibiarkan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan.
Foto: EPA-EFE/Thomas Peter
Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Perdana Menteri Pakistan Imran Khan kembali memperingatkan kemungkinan terjadinya genosida di wilayah Jammu dan Kashmir. Menurutnya, peristiwa pembantaian lebih dari 8.000 Muslim Bosnia di Srebrenica pada Juli 1995 dapat terulang di wilayah tersebut. 

"Di IOK (Indian Occupied Kashmir) 12 hari jam malam, hadirnya pasukan tambahan di wilayah pendudukan yang sudah sangat termiliterisasi, mengirim RSS (Rashtriya Swayamsevak Sangh/organisasi sukarelawan nasionalis Hindu sayap kanan), pemutusan komunikasi menyeluruh; dengan contoh pembersihan etnis Muslim sebelumnya dari (Perdana Menteri Narendra) Modi di Gujarat," kata Khan melalui akun Twitter pribadinya pada Kamis (15/8). 

Baca Juga

Modi diketahui pernah menjadi menteri utama di Negara Bagian Gujarat. Saat itu, terjadi peristiwa pembunuhan terhadap 1.000 orang dan kebanyakan dari mereka adalah Muslim. 

Khan menilai, apa yang sedang terjadi di Kashmir sekarang tak bisa dibiarkan. "Apakah dunia akan secara diam-diam menyaksikan pembantaian seperti Srebrenica dan pembersihan Muslim lainnya di IOK? Saya ingin memperingatkan komunitas internasional jika hal ini memungkinkan, itu akan memiliki reaksi dan akibat yang parah di dunia Muslim yang memicu radikalisasi serta kekerasan," ujarnya. 

Khan mengunjungi wilayah Kashmir yang menjadi bagian dari negaranya pada Rabu (14/8). Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Pakistan ke-72.

Dalam kunjungan tersebut, Khan mengungkapkan keprihatinan atas perkembangan situasi di Jammu dan Kashmir setelah India mencabut status istimewa wilayah tersebut. “Hari kemerdekaan adalah kesempatan untuk kebahagiaan besar, tapi hari ini kami bersedih dengan nasib saudara-saudara warga Kashmir kami di Jammu dan Kashmir yang menjadi korban penindasan India,” katanya dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Aljazirah.

Khan menegaskan bahwa Pakistan mendukung masyarakat Kashmir. “Saya meyakinkan saudara-saudara Kashmir bahwa kami mendukung mereka,” ujarnya.

Pakistan memperkenalkan logo khusus untuk memperingati hari kemerdekaannya guna mengekspresikan solidaritas kepada masyarakat Kashmir. Itu didasarkan pada tema “Kashmir banega Pakistan”. Kata “Kashmir” ditulis dengan warna merah guna menghormati pengorbanan yang diberikan orang-orang Kashmir selama perjuangan kemerdekaan.

Dalam pertemuan Komite Keamanan Nasional pekan lalu, Pakistan telah memutuskan bahwa 15 Agustus, hari kemerdekaan India, akan dipandang sebagai “hari hitam”. Itu merupakan bentuk protes Islamabad atas kekejaman dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan India baru-baru ini di Jammu dan Kashmir.

Pekan lalu India mencabut status istimewa Jammu dan Kashmir yang telah disandangnya selama hampir tujuh dekade. Perdana Menteri India Narendra Modi beralasan keputusan itu diambil untuk menyatukan Kashmir sepenuhnya dengan India. Selain itu dia pun hendak membebaskan wilayah tersebut dari kelompok teroris dan separatis.

Keputusan itu tak hanya memicu kemarahan dari warga Kashmir, tapi juga Pakistan. Ia memutuskan menurunkan hubungan diplomatiknya dengan India. Selain itu, Islamabad pun menangguhkan semua aktivitas perdagangannya dengan New Delhi. Pakistan mengatakan akan membawa permasalahan pencabutan status istimewa Jammu dan Kashmir oleh India ke Dewan Keamanan PBB.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement