Kamis 15 Aug 2019 22:04 WIB

Wall Street Menukik Tajam, Pasar Cemas Resesi Mengancam

Pasar saham di Wall Street mulai terpukul dengan berbagai isu ekonomi global

Rep: deutsche-welle/ Red:
Wall Street (ilustrasi)
Foto: VOA
Wall Street (ilustrasi)

Pasar saham di Wall Street mulai terpukul dengan berbagai berita negatif tentang perkembangan ekonomi global. Indeks Dow Jones Industrial Average hari Rabu (14/8) turun 800 poin atau lebih dari 3%, hari terburuk dalam setahun.

Kurva yield obligasi Treasury AS membalik, suatu situasi yang menujukkan kekhawatiran investor global. Pembalikan kurva yield selama ini dianggap sebagai indikator klasik dari resesi yang akan berkepanjangan. Pembalikan terakhir kurva yield terlihat pada tahun 2007, setelahnya dunia dilanda resesi hebat.

Pasar saham di Asia hari Kamis (15/8) terseret anjoknya bursa di Wall Street sehari sebelumnya. Indeks Nikkei Tokyo dibuka turun 2%, sementara saham Australia turun 1,9%.

Kekhawatiran meluas

Laporan ekonomi suram dari Cina dan Jerman juga menambah kekhawatiran ekonomi global yang sedang dalam kesulitan. Jerman, yang merupakan ekonomi terbesar Eropa, melaporkan pelemahan ekonomi pada kuartal kedua, sementara pertumbuhan industri di Cina pada bulan Juli mencapai level terendah sejak 17 tahun.

Perlambatan ekonomi global terjadi di tengah perang dagang AS-Cina, proses Brexit yang berkepanjangan dan meningkatnya ketegangan geopolitik. Kondisi suram itu mulai mengguncang investor di seluruh dunia, yang makin sulit mengambil keputusan investasi.

Penurunan saham di AS hari Rabu langsung menghapus kenaikan sehari sebelumnya, setelah Presiden Donald Trump mengumumkan akan menunda penerapan tarif impor tambahan pada produk-produk dari Cina yang dijadwalkan bulan September.

Saham teknologi dan bank memimpin aksi jual, tetapi industri ritel juga terpukul. Pasar saham sekarang telah turun selama beberapa hari terakhir, kecuali hari Selasa ketika pengumuman Trump sempat memicu antusiasme pelaku pasar.

Sinyal negatif

Kurva yield menggambarkan imbal hasil obligasi. Secara umum, pemerintah AS membayar suku bunga yang lebih tinggi untuk obligasi jangka panjang daripada yang lebih pendek. Jika kurva itu membalik, yang berarti imbal hasil pada obligasi 10-tahun lebih rendah daripada obligasi dua tahu, situasi itulah yang disebut "kurva yield terbalik".

Investor biasanya membeli obligasi pemerintah yang dianggap lebih aman, jika situasi ekonomi tidak menentu dan pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan melambat. Masuknya investor besar ke pasar obligasi dianggap sebagai indikasi bahwa kondisi ekonomi memang memburuk untuk jangka panjang.

Selama 50 tahun terkahir, kurva yield obligasi AS selalu terbalik sebelum setiap resesi.

hp/rzn (dpa, rtr, ap)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement