Sabtu 17 Aug 2019 11:44 WIB

Kim Jong-un Puas Atas Uji Coba Senjata Terbaru

Kim terlihat gembira saat merayakannya dengan pejabat militer.

Rep: Rossi Handayani / Red: Budi Raharjo
Peluncuran rudal korut.
Foto: EPA
Peluncuran rudal korut.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG  -- Korea Utara (Korut) pada Sabtu (17/8) menyatakan, pemimpinnya Kim Jong-un telah mengawasi uji coba senjata baru pada Jumat (16/8). Korean Central News Agency (KCNA) menyampaikan, Kim menyatakan kepuasan besar atas tingkat keberhasilan, dan menakjubkan militernya.

Surat kabar resmi Rodong Sinmun, mempublikasikan foto-foto seperti rudal dari peluncur, yang dipasang pada kendaraan dan menyerang target. Kim terlihat dengan gembira saat merayakannya dengan pejabat militer.

″(Kim) berkata bahwa setiap orang harus ingat bahwa itu adalah rencana inti partai (yang berkuasa), dan tekad yang tak tergoyahkan untuk membangun kekuatan yang cukup kuat untuk mencegah pasukan yang berani memprovokasi kita, dan untuk meninggalkan lawan yang tidak berdaya melawan senjata kami yang memiliki kekuatan absolut bahkan dalam situasi bentrokan fisik," sebut agensi itu.

Peluncuran itu merupakan uji putaran keenam Korut dari  akhir Juli. Pengujian mengungkapkan perkembangan sistem artileri roket baru, dan dua sistem rudal balistik jarak pendek yang terpisah. Menurut para ahli, ini akan memperluas kemampuannya untuk menyerang sasaran di seluruh Korea Selatan (Korsel) termasuk pangkalan Amerika Serikat (AS) di sana.

KCNA tidak menjelaskan senjata seperti apa yang diluncurkan pada Jumat, atau bagaimana kinerjanya. Akan tetapi dikatakan bahwa tes tersebut berhasil, dan memperkuat kepercayaan militer terhadap keandalan sistem.

Sebelumnya militer Korsel mengatakan, bahwa dua proyektil yang diluncurkan dari pantai timur Utara terbang sekitar 230 kilometer (143 mil), dan mendarat di perairan antara Semenanjung Korea dan Jepang. Militer AS dan Korsel sedang menganalisis peluncuran, tetapi tidak segera mengatakan apakah senjata itu adalah rudal balistik atau artileri roket.

Para ahli mengatakan, sikap Presiden AS, Donald Trump  terhadap peluncuran Korut, memungkinkan negara itu lebih banyak ruang untuk mengintensifkan aktivitas pengujiannya, dan memajukan persenjataan jangka pendeknya.

Utusan AS untuk Korut, Stephen Biegun, akan mengunjungi Jepang dan Korsel awal pekan depan. Ini dilakukan untuk pembicaraan tentang bagaimana memperkuat koordinasi lebih lanjut, mengenai denuklirisasi akhir yang sepenuhnya diverifikasi dari Korut.

Di samping itu, Korut telah mengabaikan seruan Korsel untuk berdialog. Beberapa jam sebelum peluncuran terbaru, seorang juru bicara pemerintah Korut yang tidak dikenal, mengkritik Presiden Korsel, Moon Jae-in karena terus mengadakan latihan militer dengan AS dan atas komentarnya tentang diplomasi antar-Korea. Ia mengatakan Pyongyang tidak memiliki rencana saat ini untuk berbicara dengan Seoul.

Moon dalam pidato yang disiarkan televisi pada Kamis (15/8), mengatakan momentum untuk dialog tetap hidup, meskipun ada serangkaian tindakan mengkhawatirkan dari Korut. Ia menyerukan Pyongyang untuk memilih kemakmuran ekonomi, daripada program nuklirnya.

Korut baru-baru ini menyatakan akan berbicara hanya dengan Washington, dan bukan Seoul. Sementara dialog antar-Korea tidak akan dilanjutkan, kecuali Korsel menawarkan alasan yang masuk akal, tentang mengapa terus menjadi tuan rumah latihan militer dengan AS.  

Kementerian Unifikasi Seoul, yang berurusan dengan urusan antar-Korea, mengkritik pernyataan Korut, dengan menyatakan itu tidak akan membantu upaya untuk meningkatkan hubungan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement