REPUBLIKA.CO.ID, BENGHAZI -- Libya kembali mengoperasikan bandara udaranya di kota utama Sebha di bagian selatan negara itu. Sebelumnya, bandara tersebut ditutup sejak Januari 2014 karena masalah keamanan.
penduduk menyebutkan penerbangan komersial mendarat dari kota utama Benghazi di wilayah timur. Libya Selatan diselimuti rasa ketidakamanan dan kerusuhan yang lebih parah dibanding negara Afrika Utara lainnya sejak Muammar Gaddafi digulingkan pada 2011, kendati keamanan di Sebha lebih kondusif daripada di daerah lain di kawasan miskin tersebut.
Pada awal April, pasukan yang setia kepada Haftar melancarkan serangan untuk merebut Tripoli dari pasukan yang bersekutu dengan Pemerintah Nasional Libya (GNA), yang diakui PBB. Bentrokan antara kedua pihak sejak itu telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dan melukai sebanyak 5.500 orang lagi, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
PBB mengatakan di Kota Murzuq sebelah barat Sebha, sedikitnya 90 orang tewas dan 6.500 orang lainnya terlantar sejak pertempuran antar suku yang berbeda meletus pada Agustus. Negara yang kaya akan minyak tersebut telah menyaksikan kemunculan dua pemerintah yang bersaing: satu di Libya Timur, tempat Haftar telah berafiliasi, dan satu lagi GNA yang berpusat di Tripoli dan mendapat pengakuan PBB.