Ahad 18 Aug 2019 02:17 WIB

Serangan Houthi ke Fasilitas Minyak Saudi Picu Kebakaran

Serangan itu tidak menyebabkan korban atau gangguan pada produksi.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Israr Itah
Pejabat perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco, tengah memeriksa sebuah pengeboran minyak di Arab Saudi.
Foto: AP
Pejabat perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco, tengah memeriksa sebuah pengeboran minyak di Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Serangan pesawat tak berawak atau drone yang diklaim milik pasukan Houthi di Yaman telah memicu kebakaran di ladang minyak dan gas Arab Saudi. Pihak perusahaan energi milik negara yakni Saudi Aramco menyatakan, serangan itu tidak menyebabkan korban atau gangguan pada produksi.

"Tim respons Saudi Aramco mengendalikan kebakaran terbatas pagi ini di fasilitas pencairan gas alam Shaybah. Tidak ada cedera dan tidak ada gangguan pada operasi minyak Saudi Aramco," kata pihak Saudi Aramco dilansir Aljazirah, Sabtu (17/8).

Baca Juga

Seorang juru bicara militer Houthi mengatakan sebelumnya, pihaknya menargetkan ladang minyak Shaybah dengan 10 drone. Mereka menyebut itu sebagai "serangan terbesar di kedalaman" kerajaan, pengekspor minyak utama dunia.

Houthi telah melakukan serangkaian serangan rudal dan drone lintas perbatasan yang menargetkan pangkalan udara Saudi serta fasilitas lainnya dalam beberapa bulan terakhir.

Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan, serangan terbaru dilakukan pada pukul 03.20 GMT oleh drone yang terjebak jebakan. Arab Saudi dengan keras mengutuk serangan terhadap Shaybah sebagai fasilitas vital milik negara.

"Sabotase teroris ini mengikuti serangkaian tindakan, termasuk serangan terhadap tanker minyak, dan bertujuan mengganggu pasokan minyak internasional," kata Falih. "Tindakan ini tidak hanya ditujukan pada Arab Saudi tetapi juga terhadap ekonomi global." 

Shaybah dilaporkan memproduksi sekitar satu juta barel minyak mentah per hari. Ladang minyak itu terletak lebih dari 1.000 kilometer dari wilayah yang dikuasai Houthi di Yaman barat laut.

Lapangan itu berada di Semenanjung Arab, hanya beberapa kilometer dari perbatasan dengan Uni Emirat Arab (UEA). Di situs resminya, Saudi Aramco menyebut ladang itu sebagai harta paling terpencil di bumi, rumah bagi 14,3 miliar barel cadangan minyak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement