Senin 19 Aug 2019 03:27 WIB

Bom Maut di Pesta Pernikahan, Ini Kesaksian Mempelai Pria

Serangan bom saat pesta pernikahan di Kabul menewaskan sedikitnya 63 orang.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Teguh Firmansyah
Serangan bom di Afghanistan (ilustrasi).
Foto: Reuters
Serangan bom di Afghanistan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Kebahagiaan Mirwais Elmi di pesta pernikahannya harus berubah menjadi sebuah kenangan pahit. Pada Sabtu (17/8) malam waktu setempat, seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan diri.

Sebanyak 63 orang tewas dan ratusan luka-luka. Belasan di antaranya merupakan keluarga Mirwais Elmi. Pada Ahad (18/8), Mirwais mulai mengubur anggota keluarganya yang tewas.

Baca Juga

"Saya tidak akan bisa melupakan kejadian ini, seberat apapun saya mencoba, saya tidak akan bisa," kata Mirwais seperti dikutip oleh Reuters pada Ahad.

Sementara, istrinya masih mengalami trauma atas kejadian tak terduga di resepsi pernikahan mereka. Mirwais menyebut sepupu-sepupu dan kawan-kawan ya tewas dalam serangan yang diklaim oleh ISIS itu.

"Saya kehilangan saudara, teman-teman dan kerabat. Saya tidak pernah menyang kejadian tragis ini terjadi di pernikahan saya. Saya tidak bisa merasakan kebahagiaan lagi dalam hidup saya," kata Mirwais.

Pernikahan yang digelar di Dubai Hall itu dihadiri sekitar 1200 tamu. Makan malam telah disediakan dengan pemisahan antara tamu wanita dan pria. Di bagian tamu pria, musik keras diputar dan para tamu menari di dekat panggung.

Tiba-tiba, seorang pria yang membaur bersama tamu meledakkan bom. Ia menyimpan bom itu di rompi yang ia kenakan. "Bomnya besar banget, lalu gedung menjadi gelap. Kita berlarian dan korban tampak berjatuhan, seperti hari kiamat," kata Sakhi Mohammed, salah satu tamu diikutip dari Washington Post.

Salah satu korban luka, Mohammad Aslim telah menguburkan 16 Jenazah. Salah satunya adalah kerabat dekatnya yang masih berusia tujuh tahun. Ia masih mengenakan baju yang sama saat insiden bom bunuh diri terjadi.

Sementara, Amanullah tampak tak kuasa melihat potongan tubuh anaknya yang masih berusia 14 tahun. "Saya berharap saya bisa menemukan potongan tubuh anak saya yang lain, dan menyatukannya di kuburan," ujarnya dikutip dari Times.

Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani pun angkat bicara soal bom ini. Ia sempat hampir menyalahkan Taliban atas insiden ini. Namun, belakangan, ISIS mengklaim bertanggung jawab atas bom yang terjadi di lingkungan penganut Syiah ini.

"Saya mengutuk keras kejadian tak berperikemanusiaan ini, prioritas saya untuk sekarang adalah untuk keluarga korban serangan Barbara ini. Atas nama negara, saya turut berduka cita atas jatuhnya para martir," ucap Ghani.

ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Serangan itu diduga terkait proses negosiasi damai antara AS dan Taliban. ISIS yang telah melakukan berbagai sejak 2014 semakin tidak senang dengan rekonsiliasi tersebut sehingga serangan kembali terjadi sepekan setelah negosiasi AS - Taliban menunjukkan hasil positif.

Arif Satrio Nugroho

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement