REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh Rizky Jaramaya, Fergi Nadira
Mirwais terhenyak. Hari yang seharusnya bahagia itu menjadi hari berkabung dan tak akan dilupakannya.
"Saya tak akan mampu melupakannya, sekeras apa pun saya berupaya," kata Mirwais kepada TOLO News, Sabtu (17/8).
Pada Sabtu malam, bom meledak dalam acara pernikahan Mirwais yang digelar di Kabul, Afghanistan. Ledakan terjadi sekitar pukul 22.40 waktu setempat di daerah yang sebagian besar dihuni oleh Muslim Syiah.
Sekurangnya, 63 orang tewas dan lebih dari 180 orang lainnya cedera. Mirwais mengatakan, sepupu dan sejumlah temannya tewas.
"Saya tidak sanggup menghadiri pemakaman, rasanya saya amat lemah.... Saya merasa, tahun ini tidak akan menjadi penderitaan terakhir bagi warga Afghan, derita ini akan terus berlanjut."
Mirwais dan calon istrinya selamat. Calon mertua Mirwais mengatakan kepada TOLO News, ia kehilangan 14 anggota keluarganya dalam serangan itu.
Seorang saksi dalam acara pernikahan itu, Gul Muhammad, menuturkan, seorang pelaku bom bunuh diri memasang peledak di panggung tempat anak-anak berkumpul. Orang-orang yang berada dekat panggung tewas. "Semua pemuda, anak-anak, dan semua orang yang ada di sana terbunuh," ujarnya.
Seorang tamu lain, Mohammad Farhag, mengatakan, dia berada di ruangan tamu wanita ketika mendengar sebuah ledakan besar dari ruangan tamu pria. "Semua orang berlari keluar berteriak dan menangis. Selama sekitar 20 menit aula penuh dengan asap. Hampir semua orang di ruangan pria tewas atau terluka. Sekarang, dua jam setelah ledakan, mereka masih membawa mayat-mayat itu keluar dari aula," ujar Farhag.
Foto-foto usai serangan tersebar di media yang menunjukkan tubuh berlumuran darah di tanah bersama dengan tubuh manusia, pakaian robek, topi, sandal, dan botol air mineral.
Seorang anggota keluarga mempelai wanita mengatakan, mereka mengundang sekitar 1.200 orang ke acara pernikahan itu. Pernikahan orang Afghanistan sering kali melibatkan ratusan tamu yang berkumpul di aula besar. Biasanya, tamu lelaki dipisah dari tamu wanita dan anak-anak.
Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengaku bertanggung jawab atas serangan bom ini. Sementara, Taliban sudah membantah terlibat dalam serangan di pernikahan tersebut. Taliban mengatakan, ledakan itu terlarang dan tidak dapat dibenarkan.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengecam keras serangan tersebut. Ia mengatakan, serangan kali ini sangat tidak berperikemanusiaan. "Taliban tidak dapat membebaskan diri dari kesalahan karena mereka memberikan landasan bagi para teroris," cicit Ghani di Twitter, Ahad.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Nasrat Rahimi mengatakan, banyak anak-anak dan wanita yang menjadi korban dalam insiden itu. "Wanita dan anak-anak termasuk di antara korban," kata Rahimi dilansir Aljazirah, Ahad (18/8).
Sementara, keluarga para korban memadati taman pemakaman. Mereka harus menyaksikan anggota keluarga mereka dimakamkan. "Kami ingin perdamaian, bukan bom bunuh diri yang brutal," kata Ahmad Khan yang mengantar jenazah saudaranya ke tempat peristirahatan terakhir.
Ledakan terbaru ini terjadi hanya 10 hari setelah sebuah bom besar di luar kantor polisi Kabul yang menewaskan sedikitnya 14 orang dan melukai hampir 150 orang. Taliban mengklaim, telah melakukan serangan tersebut.
Serangan terakhir kali ini menghancurkan minggu tenang di ibu kota Afghanistan. Perwakilan Taliban dan Amerika Serikat (AS) baru saja mengadakan pembicaraan damai di ibu kota Qatar, Doha. Kedua pihak melaporkan pembicaraan tersebut mengalami kemajuan.
Pada Jumat Presiden AS Donald Trump melalui cicitannya di Twitter mengatakan, Taliban dan AS akan membuat kesepakatan yang mencakup penarikan pasukan AS secara bertahap. Penarikan tersebut disertai dengan jaminan dari Taliban bahwa Afghanistan tidak akan menjadi tempat bagi kelompok-kelompok ekstremis untuk menyerang AS.
Taliban juga akan memulai negosiasi dengan delegasi Afghanistan tentang kerangka kerja untuk perdamaian, termasuk gencatan senjata. Taliban menolak untuk bernegosiasi dengan pemerintah Afghanistan sampai jadwal penarikan pasukan AS disetujui. n ap/reuters ed: yeyen rostiyani
Ilustrasi Aksi Pengeboman
Serangan Maut Empat Tahun Terakhir
-2019
17 Agustus: Seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan pernikahan. Peristiwa ini menewaskan 63 orang, termasuk perempuan dan anak-anak.
7 Agustus: Bom Mobil Taliban yang mengincar pasukan keamanan Afghanistan menewaskan 14 orang dan melukai 140 orang lainnya di Kabul.
31 Juli: Bom pinggir jalan menghancurkan sebuah bus di Afghanistan barat. Sebanyak 32 orang tewas dalam peristiwa itu.
28 Juli: Sebuah serangan terhadap kantor calon wakil presiden menewaskan 20 orang.
-2018
20 November: Ledakan bom dalam acara pertemuan ulama Muslim di Kabul menewaskan 50 orang.
11 September: Sebanyak 68 orang tewas dalam ledakan bom di unjuk rasa memprotes komandan polisi.
15 Agustus: ISIS mengaku bertanggung jawab atas ledakan bom di daerah warga Syiah. Serangan tersebut menewaskan 34 siswa.
22 April: ISIS mengebom pusat pendaftaran calon pemilih di Kabul. Ledakan tersebut menewaskan 57 orang.
27 Juli: Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan ambulans yang dilengkapi bom meledak di Kabul, menewaskan sedikitnya 103 orang.
-2017
31 Mei: Bom bunuh diri membunuh 90 orang di Kabul.
21 April: Laki-laki bersenjata memakai seragam tentara menyerbu markas militer di Provinsi Balkh. Sebanyak 140 tentara.
8 Maret: ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan yang dilakukan laki-laki memakai baju lap di rumah sakit tentara. Insiden ini menewaskan 50 orang.
28 Desember: Pelaku bom bunuh diri ISIS menyerang permukiman Syiah, menewaskan setidaknya 41 orang.
-2016
23 Juli: Pelaku bom bunuh diri meledakkan rompinya di tengah kerumunan di Kabul. Membunuh 61 orang.
19 Juli: Pelaku bom bunuh diri yang didukung militan bersenjata membunuh 64 orang. n ap/lintar satria ed: yeyen rostiyani