Senin 19 Aug 2019 12:43 WIB

Imbangi China, Australia Diminta Alihkan Operasi Militer dari Timteng

Australia didesak mengalihkan operasi militernya dari Timur Tengah.

Red:
abc news
abc news

Untuk mengimbangi meningkatnya kekuatan China di kawasan Indo-Pasifik, kini Australia didesak mengalihkan operasi militernya dari Timur Tengah. Selain itu, negara ini juga perlu menambah persenjataan dan meningkatkan kemampuan serangan daratnya.

Australia kemungkinan besar akan diminta untuk segera bergabung dengan koalisi pimpinan AS dalam misi melindungi jalur kapal di Teluk Persia dari campur tangan Iran.

Namun, sebuah studi terbaru memperingatkan prioritas pertahanan Australia justru lebih dekat ke kawasan sendiri.

Penelitian Pusat Studi AS di University of Sydney menyimpulkan, AS saat ini tak lagi menikmati keunggulan militer di Indo-Pasifik.

"Kapasitas AS untuk menjaga keseimbangan kekuatan yang menguntungkan kini semakin tidak pasti," kata laporan itu.

"Australia sendiri masih terlibat dalam perang di Timur Tengah, meski komitmen kita semakin menurun, begitu juga komitmen AS belakangan ini," kata Ashley Townshend dari University of Sydney.

"Kita berada di waktu yang rawan karena sudah ada permintaan dari Menlu AS Mike Pompeo, untuk melibatkan kita kembali di sana secara lebih substansial," tambahnya.

Laporan itu juga menyebut perlunya strategi "pertahanan kolektif" untuk mengimbangi kelemahan militer regional AS dan mampu menghadapi meningkatnya kekuatan China.

 

Disebutkan, Australia telah menghabiskan dana 14,7 miliar dolar untuk operasi di Timur Tengah antara tahun 2001 dan 2018.

Sebaliknya, negara ini hanya membelanjakan 3,9 miliar dolar untuk operasi di kawasan Indo-Pasifik selama periode yang sama.

"Amerika Serikat berkomitmen mempertahankan kehadiran militer dan mencegah agresi China di Asia, tapi tidak mampu melakukannya sendirian. Australia perlu bekerja sama untuk itu," jelas Townshend.

Australia, katanya, perlu "menambah persenjataan dan memiliki kemampuan produksi dan penyimpanan amunisi, bahan bakar dan material lain yang diperlukan dalam konflik berkelanjutan."

Selain itu Australia hendaknya memiliki kemampuan serangan darat yang kuat dan menangkis serangan.

Tahun lalu Kepala Staf Angkatan Laut Australia Mike Noonan mengisyaratkan perlunya fokus lebih besar pada operasi di Pasifik setelah tiga dekade terlibat operasi di Timteng.

Sebuah laporan terpisah dari Australian Strategic Policy Institute (ASPI), yang juga dirilis hari Senin (19/8/2019), menyebutkan perlunya Australia berinvestasi lebih banyak di wilayah utara untuk memastikan negara itu siap dan mampu mempertahankan diri.

"Basis industri lokal dan logistik, semua harus siap terutama saat ini ketika tantangan strategis terus meningkat terkiat hubungan antara AS dan China," kata John Coyne dari ASPI.

Simak berita lainnya dari ABC Indonesia.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement