REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kepolisian di Provinsi Fujian, China tenggara melakukan penyelidikan setelah sebuah paket FedEx yang dikirim dari Amerika Serikat ditemukan berisi sebuah pistol. Hal itu menjadi masalah terkait China terbaru yang berdampak pada perusahaan pengiriman barang AS.
Di tengah meregangnya hubungan antara AS dan China, FedEx yang berbasis di Memphis menghadapi pengawasan di China atas dugaan penahanan lebih dari 100 paket Huawei secara ilegal. Hal itu setelah Washington pada Mei memasukkan raksasa telepon China tersebut ke daftar hitam, yang secara efektif menghalangi perusahaan-perusahaan AS melakukan bisnis dengannya.
Kepolisan di distrik Jin'an, Fuzhou, ibu kota Fujian, mengatakan di akun Weibo pada Ahad bahwa sebuah perusahaan perlengkapan olah raga tak dikenal menerima paket, yang dikirim dari pelanggan AS melalui FedEx.
"Di dalamnya terdapat senjata," kata polisi Jin'an di akun media sosial mereka yang mirip dengan Twitter. "Pada saat ini polisi telah menyita senjata tersebut dan mulai menyelidiki kasusnya."
Juru bicara FedEx menyampaikan permintaan maaf atas insiden pengalihan sejumlah paket Huawei. Mereka juga menuturkan bahwa perusahaan itu telah memberitahu pihak berwenang soal pengiriman 14 Juni, tanpa memberikan informasi lebih lanjut.
"Kami serius menanggani masalah ini dan akan terus berkoordinasi secara penuh," kata dia.
FedEx menggugat pemerintah AS pada Juni, dengan mengatakan bahwa mereka seharusnya tak bertanggung jawab jika secara tak sengaja mengirim produk yang melanggar larangan ekspor ke beberapa perusahaan China.