REPUBLIKA.CO.ID, KABUL — Presiden Afghanistan Ashraf Ghani bersumpah untuk melenyapkan semua tempat yang dijadikan perlindungan bagi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Pernyataan tersebut datang menyusul serangan bom bunuh diri yang terjadi dalam sebuah pesta pernikahan di Ibu Kota Kabul pada Sabtu (17/8) lalu.
Ghani berjanji akan melakukan segala cara untuk melenyapkan ISIS bertepatan saat Afghanistan menandai Hari Kemerdekaan negara ke-100 pada Senin (19/8). Sebelumnya, ia hampir menyalahkan Taliban berada di belakang serangan yang disebut sangat tidak berkeprimanusiaan dan membuat setidaknya 63 orang meninggal dan 183 lainnya terluka.
Namun, ISIS mengklaim berada di balik serangan bom yang terjadi di lingkungan yang sebagian besar dihuni oleh Muslim Syiah. Kelompok militan tersebut diyakini menentang rekonsiliasi antara Taliban dan Pemerintah Afghanistan yang diinisiasi Amerika Serikat (AS).
Banyak warga Afghanistan yang geram dan bertanya apakah kesepakatan antara masing-masing pihak untuk mengakhiri pertempuran selama hampir 18 tahun di negara itu akan membawa kedamaian pada akhirnya. Selama ini warga sipil telah lama menderita dengan konflik yang tak kunjung menemukan penyelesaian.
Dalam sebuah pernyataan, utusan AS Zalmay Khalilzad mengatakan proses perdamaian harus dipercepat untuk membantu Afghanistan mengalahkan ISIS. Sejak 2014, kelompok militan itu telah mengambil kesempatan dalam perang di Afghanistan dan mereka tak pernah dilibatkan dalam negosiasi.
Taliban sebelumnya menolak melakukan negosiasi dengan Pemerintah Afghanistan. Kelompok itu mengatakan bahwa Ghani adalah ‘boneka AS’.
Ledakan bom di pesta pernikahan di Kabul kali ini adalah yang terbaru, terjadi hanya 10 hari setelah sebuah bom besar meledak di luar kantor polisi di Ibu kota tersebut. Dalam kejadian itu sedikitnya 14 orang meninggal dan hampir 150 orang terluka. Taiban mengklaim berada di balik serangan itu.
Dalam beberapa tahun terakhir, Taliban gencar meluncurkan serangan yang menargetkan pasukan keamanan Afghanistan serta warga sipil di sejumlah wilayah negara itu, termasuk Kabul. Namun, dalam serangan bom di pesta pernikahan kali ini, Taliban turut mengecam keras pihak yang melakukannya.
Serangan tersebut juga sekaligus merusak pekan tenang di Kabul, setelah perwakilan Taliban dan AS baru saja mengadakan pembicaraan damai di Ibu Kota Qatar, Doha. Dalam pembicaraan itu, kedua pihak mengatakan terdapat kemajuan.
Seperti dilaporkan oleh Presiden AS Donald Trump bahwa Taliban dan negaranya akan membuat kesepakatan, mencakup penarikan pasukan Amerika secara bertahap. Penarikan itu disertai dengan jaminan dari Taliban bahwa Afghanistan tidak akan menjadi tempat bagi kelompok-kelompok ekstremis untuk menyerang AS.
Taliban juga disebut akan memulai negosiasi dengan delegasi Afghanistan mengenai kerangka kerja untuk perdamaian, termasuk gencatan senjata. Namun, kelompok itu menolak untuk bernegosiasi dengan pemerintah Afghanistan sampai jadwal penarikan pasukan AS disetujui.