Senin 19 Aug 2019 18:19 WIB

Sekolah di Kashmir Dibuka, Orang Tua Tahan Anak di Rumah

Orang tua khawatir dengan keamanan anak-anak di Kashmir.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nur Aini
Tentara paramiliter India berjaga di jalanan yang sepi saat jam malam di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Kamis (8/8).
Foto: AP Photo/Dar Yasin
Tentara paramiliter India berjaga di jalanan yang sepi saat jam malam di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Kamis (8/8).

REPUBLIKA.CO.ID, SRINAGAR -- Sekolah kembali dibuka di kota utama Kashmir India pada Senin (19/8). Akan tetapi sebagian besar ruang kelas kosong, karena orang tua menahan anak-anak mereka di rumah. 

Mereka khawatir atas keputusan India dua pekan lalu yang mencabut otonomi Kashmir. Orang tua mengatakan, anak-anak mereka akan tinggal di rumah sampai jaringan seluler dipulihkan. Hal itu agar mereka dapat menghubungi anak-anak.

Baca Juga

"Bagaimana kita bisa mempertaruhkan nyawa anak-anak kita?" kata Gulzar Ahmad, ayah dari dua anak yang terdaftar di sebuah sekolah di distrik Batamallo di kota tempat protes terjadi.

"Tentara telah menangkap anak-anak kecil dalam dua pekan terakhir dan beberapa anak terluka dalam bentrokan. Anak-anak kita aman di dalam rumah mereka. Jika mereka pergi ke sekolah, siapa yang bisa menjamin keselamatan mereka?," ucapnya. 

Sekitar 190 sekolah dasar dibuka di Srinagar sebagai tanda kenormalan kembali ke mayoritas Muslim Jammu dan Kashmir. Pihak berwenang tidak segera tersedia untuk berkomentar. Akan tetapi sebelumnya telah membantah laporan penangkapan massal.

Keputusan Perdana Menteri India, Narendra Modi untuk menarik status khusus Kashmir pada 5 Agustus menuai protes. Modi ingin mengintegrasikan Kashmir ke India, dengan hak yang sama untuk semua orang India membeli properti di sana, dan bersaing mendapatkan pekerjaan pemerintah.

Para kritikus mengatakan keputusan itu akan mengasingkan banyak warga Kashmir. Selain itu juga dapat menjadi pemicu pemberontakan bersenjata 30 tahun di wilayah Himalaya, yang juga diklaim oleh Pakistan.

Pada akhir pekan, warga Srinagar melempar batu dan bentrok dengan polisi. Pejabat senior, dan saksi mata menyatakan, puluhan orang terluka.

Wartawan Reuters mengunjungi sekolah di Srinagar pada Senin. Beberapa sekolah memiliki ruang kelas yang sepi, sementara gerbang di sekolah lain dikunci. Seorang pejabat sekolah mengatakan, hanya satu siswa yang muncul di Presentation Convent Higher Secondary School, yang memiliki 1.000 siswa, dan kemudian ia pulang.

Terdapat sejumlah guru meski tidak ada siswa yang muncul di sekolah Burn Hall. Sekolah tersebut dibarikade di salah satu zona keamanan tinggi kota. "Bagaimana siswa dapat datang ke kelas dalam situasi yang tidak menentu seperti ini? Pemerintah mengubah anak-anak kecil ini menjadi makanan meriam," kata seorang guru, seraya menambahkan bahwa sekolah-sekolah harus tetap ditutup sampai situasinya normal.

Adapun keputusan New Delhi tentang Kashmir telah meningkatkan ketegangan dengan tetangganya, Pakistan, dan memicu baku tembak di lintas perbatasan.

Kementerian luar negeri Pakistan menyatakan, dalam insiden terakhir, dua warga sipil tewas di Kashmir yang dikuasai Pakistan oleh tentara India yang menembak melintasi perbatasan. 

"Pelanggaran gencatan senjata oleh India merupakan ancaman bagi perdamaian dan keamanan regional dan dapat menyebabkan kesalahan perhitungan strategis," kata kementerian luar negeri.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement