Selasa 20 Aug 2019 02:00 WIB

Iran Siap Kurangi Lagi Komitmen Kesepakatan Nuklir

Menlu Iran mengaku tak tertarik melakukan pembicaraan dengan AS bahas nuklir.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif.
Foto: Reuters
Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Pemerintah Iran merencanakan fase ketiga untuk mengurangi komitmennya dalam kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Hal itu bergantung pada keadaan yang dihadapi Iran dan negara pihak lainnya dalam JCPOA.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi mengatakan saat ini Presiden Prancis Emmanuel Macron sedang melakukan upaya untuk menyelamatkan JCPOA dengan dukungan negara-negara Eropa lainnya. “Iran sedang menunggu hasil upaya Uni Eropa untuk menyelamatkan perjanjian dan berencana mengurangi komitmennya sebanding dengan langkah-langkah Uni Eropa untuk mempertahankan perjanjian,” kata dia pada Senin (19/8), dikutip laman Anadolu Agency.

Baca Juga

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengaku tak tertarik untuk melakukan pembicaraan dengan Amerika Serikat (AS). Namun setiap upaya mediasi, menurutnya, harus fokus untuk membawa Washington kembali dalam JCOPA. AS diketahui telah hengkang dari perjanjian itu tahun lalu.

Awal bulan ini, Zarif telah menyatakan bahwa Iran akan kembali mengurangi komitmennya dalam JCPOA. Dia menilai, negara-negara pihak dalam JCPOA memperlihatkan kelambanan untuk menjaga perjanjian tersebut. “Kami telah mengatakan bahwa jika pihak-pihak lain di JCPOA tidak sepenuhnya memenuhi kewajiban mereka, kami akan mematuhi kesepakatan sebagian, meskipun semua langkah kami (sejauh ini) berada dalam kerangka kerja JCPOA,” ucapnya.

Pernyataan Zarif muncul beberapa hari setelah perwakilan penandatangan JCPOA, yakni Inggris, Prancis, hCina, Rusia, dan Jerman, mengadakan pertemuan di Wina, Austria. Mereka membahas tentang nasib JCPOA yang mulai goyah setelah ditinggal AS.

Mereka menolak untuk menuruti tuntutan Presiden AS Donald Trump. Keempat negara akan mencoba menyelamatkan JCPOA melalui mekanisme Instex, yakni saluran perdagangan berbasis barter dengan Iran.

Sejak hengkang dari JCPOA, AS memang kembali menerapkan sanksi ekonomi terhadap Teheran. Sanksi itu membidik berbagai jenis komoditas negara tersebut, termasuk minyak mentahnya.

Para pejabat Iran telah berulang kali mengatakan bahwa Instex harus memasukkan penjualan minyak atau menyediakan fasilitas kredit yang substansial agar menguntungkan. Namun para diplomat Eropa masih mencemaskan bahwa mereka dapat dibidik sanksi Washington. 

Sejak awal Juli lalu, Iran mulai menangguhkan komitmennya dalam JCPOA. Hal itu merupakan upaya Teheran untuk menekan Eropa agar melindungi aktivitas perdagangannya dari sanksi AS. Langkah pertama yang dilakukan Teheran adalah melakukan pengayaan uranium melampaui ketentuan yang ditetapkan JCPOA, yakni sebesar 3,67 persen. Iran mengklaim saat ini pengayaan uraniumnya telah mencapai lebih dari 4,5 persen. 

Iran masih menyatakan bahwa pengayaan uranium itu dilakukan hanya untuk tujuan damai. Di sisi lain, level pengayaan yang saat ini telah dicapai masih jauh dari cukup untuk memproduksi senjata nuklir. Namun, ia tak ragu untuk mengambil langkah lebih lanjut jika Eropa dan AS tak mengubah sikap dan pendekatannya. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement