Selasa 20 Aug 2019 09:25 WIB

AS Peringatkan Pelabuhan di Mediterania Terkait Tanker Iran

Kapal tanker Iran dijadwalkan tiba di Yunani pada pekan depan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Kapal tanker minyak Iran Grace 1 di Selat Gibraltar, Spanyol, 15 Agustus 2019.
Foto: REUTERS/Jon Nazca
Kapal tanker minyak Iran Grace 1 di Selat Gibraltar, Spanyol, 15 Agustus 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) memiliki posisi yang kuat terhadap pemerintah Yunani terkait kapal tanker Iran yang telah dibebaskan dari penahanan di Gibraltar. Kapal tanker minyak Grace 1 yang berganti nama menjadi Adrian Darya 1 meninggalkan pelabuhan di Gibraltar dan sedang menuju ke Kalamata, Yunani. Kapal tersebut dijadwalkan tiba di Yunani pada pekan depan.

AS menyampaikan, segala upaya yang dikerahkan membantu bebasnya kapal tanker tersebut dianggap telah memberikan dukungan material kepada organiasai teroris. Pejabat Departemen Luar Negeri mengatakan, AS telah menyampaikan posisinya yang kuat kepada pemerintah Yunani serta semua pelabuhan di Mediterania mengenai kapal tanker Iran tersebut.

Baca Juga

Washington memberikan peringatan kepada Yunani dan seluruh pelabuhan di Mediterania agar tidak membantu kapal tanker Iran. Namun, hingga berita ini diturunkan otoritas Yunani belum memberikan komentar.

Washington menyatakan, kapal tanker tersebut mendukung Garda Revolusi Iran dengan mengangkut minyak ke Suriah. AS telah menetapkan Garda Revolusi Iran sebagai organisasi teroris. Sementara, Teheran menyatakan, setiap langkah yang dilakukan AS untuk menahan kapal tanker tersebut akan memiliki konsekuensi berat.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengisyaratkan Iran tampaknya akan mengecilkan konflik dengan Washington sehingga dapat menurunkan eskalasi di Teluk. "Kami senang cobaan ini telah berakhir dan saya harap ini akan menyebabkan eskalasi lebih sedikit," ujarnya.

Zarif mengatakan, surat perintah AS untuk menahan kapal tanker Adrian Darya 1 tidak memiliki dasar hukum. Surat tersebut bermuatan politik untuk meningkatkan eskalasi di Teluk. Dalam sebuah wawancara dengan NBC Nightly News, Zarif mengatakan, Iran tidak akan mengambil tindakan militer terhadap AS. 

"Kami tidak akan (mengambil tindakan militer). Kami belum pernah melakukan itu dalam 250 tahun terakhir. Kami telah membela diri, dan kami telah mengajarkan pelajaran yang baik kepada mereka yang menyerbu kami,” kata Zarif.

Penahanan kapal tanker Iran berakhir pada pekan lalu. Namun pada Jumat (16/8), pengadilan AS mengeluarkan surat perintah untuk menyita kapal tanker tersebut dengan alasan kapal itu memiliki keterkaitan dengan Garda Pengawal Revolusi Islam Iran.

Pada Kamis, Mahkamah Agung Gibraltar memerintahkan pembebasan kapal Grace 1 setelah ditahan selama lebih dari 40 hari. Keputusan ini muncul setelah pemerintah Gibraltar menerima jaminan tertulis kapal iti tidak akan berlayar menuju negara-negara yang dikenai sanksi Uni Eropa. Gibraltar menyatakan, mereka tidak dapat memenuhi permintaan Washington karena hukum Eropa.

Menurut situs pemantauan Lalu Lintas Laut, kapal tanker yang telah ditahan sejak 4 Juli di lepas pantai Gibraltar mengangkat jangkar pada Ahad (18/8) pukul 23.00 malam waktu setempat.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement