REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) meminta rezim Suriah dan pasukan sekutunya menghentikan semua pergolakan di provinsi Idlib, Suriah Barat Laut, Senin (19/8). Hal itu menyusul serangan udara terhadap konvoi Turki yang menewaskan tiga warga sipil dan melukai 12 orang lainnya.
"Rezim Assad dan sekutunya harus kembali ke gencatan senjata di #Idlib sekarang," ujar juru bciara Kementerian Luar Negeri AS Morgan Ortagus melalui cicitan Twitter resminya dilansir Anadolu Agency, Selasa (20/8).
"Serangan udara sembrono hari ini pada konvoi Turki menyusul serangan keji yang berkelanjutan terhadap warga sipil, pekerja kemanusiaan, dan infrastruktur. Kami mengutuk kekerasan ini dan itu harus berakhir," Ortagus menambahkan dalam cicitannya.
Menurut Kementerian Pertahanan Turki, sebelumnya Turki berinisiatif untuk mengirim pasukan ke Idlib untuk memastikan keamanan pos pengamatan, menjaga rute pasokan tetap terbuka, dan mencegah korban sipil di wilayah itu. Kementerian Pertahanan kemudian mengecam keras serangan udara tersebut. Turki menegaskan serangan merupakan pelanggaran perjanjian, kerja sama, dan dialog yang ada dengan Rusia.
Turki dan Rusia sepakat pada September lalu untuk mengubah Idlib menjadi zona de-eskalasi yakni tindakan agresi secara tegas dilarang. Namun, rezim Suriah dan sekutunya, secara konsisten melanggar ketentuan gencatan senjata. Mereka malah sering melancarkan serangan di dalam wilayah tersebut.
Zona de-eskalasi saat ini dihuni oleh sekitar empat juta warga sipil, termasuk ratusan ribu orang yang dipindahkan oleh pasukan rezim ke kota-kota di seluruh negara yang dilanda perang. PBB mencatat, ratusan ribu orang telah dilaporkan terbunuh dan lebih dari 10 juta lainnya mengungsi selama konflik lebih dari delapan tahun di Suriah.