Religions for Peace (RfP) bekerja sama dengan Foundation Peace Dialogue of the World Religions and Civil Society menyelenggarakan Majelis Agama untuk Perdamaian Dunia ke-10. Pertemuan komunitas keagamaan paling representatif di dunia ini berlangsung tanggal 20-23 Agustus 2019 di Lindau, sebelah timur Danau Konstanz, Bodensee, Jerman.
Pimpinan Foundation Peace Dialogue of the World Religions and Civil Society, Ulrich Schneider menggambarkan lokasi ini sebagai tempat yang ideal untuk mempertemukan semua tokoh: "Para tamu dari seluruh dunia bertemu dalam suatu pertemuan internasional, lingkungan terdesentralisasi, yang kekayaan alamnya mengingatkan kita bahwa iklim perlindungan adalah bagian penting dari visi perdamaian. Wilayah Jerman, Austria dan Swiss memanifestasikan tingkat netralitas tertentu. Kami berharap Lindau berkembang menjadi tempat pertemuan permanen untuk lintas agama dan menciptakan ruang untuk pertemuan antaragama. "
Perwakilan lebih dari sepuluh agama dunia berdialog mencari solusi konflik yang melanda berbagai belahan dunia. Para tokoh Islam, Katolik , Bahai hingga Zoroastrian hadir dalam acara ini. Dewan Penasihat Majelis Ulama Indonesia, Din Syamsuddin dan penerima Nobel Perdamaian, José Ramos-Horta yang merupakan mantan presiden Timor Leste ikut ambil bagian dalam pertemuan tersebut.
Pertemuan akbar ini berlangsung atas dukungan Kementerian Luar Negeri Federal Jerman dan Kementerian Pendidikan Negara Bayern.
Setiap kurun waktu lima hingga tujuh tahun, Religions for Peace mengadakan pertemuan semacam ini dengan tujuan menempa konsensus moral mendalam dari masyarakat keagamaan dan memajukan aksi multi-agama di seluruh dunia.
Peduli masa depan
Religions for Peace Majelis Dunia ke-10, kali ini mengangkat tema: "Peduli Masa Depan Kita Bersama — Meningkatkan Kesejahteraan Bersama." Sekitar 800 pemimpin agama, tokoh pemuda dan perempuan di sektor agama dari lebih dari 100 negara akan bergabung dengan 100 perwakilan pemerintah, organisasi antar pemerintah, dan kelompok masyarakat sipil untuk menjalin kemitraan dalam mengatasi konflik di dunia.
Pertemuan pertama Religions for Peace berlangsung pada tahun 1970 di Kyoto, Jepang. Lewat pertemuan itu majelis ini kian berkembang menjadi koalisi multi-agama terbesar dan paling representatif di dunia. Koalisi ini dibangun guna memajukan aksi bersama di antara komunitas agama dunia untuk perdamaian.
Masing-masing tokoh Hindu, Katolik, Yahudi, dan lainnya akan membicarakan tanggung jawab sosial-politik masing-masing. Sekretaris jendral Religions for Peace, William F. Vendley menjelaskan: "Para tokoh beragama membantu menanggulangi konflik secara fundamental dan mempromosikan masyarakat yang adil, baik dalam konflik di Bosnia-Herzegovina, Sierra Leone hingga meluas ke tantangan masa kini dalam menanggulangi konflik di Myanmar dan Republik Afrika Tengah; komunitas keagamaan sangat diperlukan sebagai pembawa damai."
Acara dibuka dengan upacara spiritual bersama di Ring for Peace, simbol Majelis Dunia ke-10 dan perdamaian permanen antar agama. Ring for Peace adalah cincin kayu setinggi 7,5 meter dalam bentuk strip Moebius yang dibangun di Taman Luitpold. Cincin raksasa ini terbuat dari kayu dari berbagai wilayah dunia.
(ap/ts)