Rabu 21 Aug 2019 11:50 WIB

Buket Bunga Mawar dari Putin untuk Ibu Negara Prancis

Kedua negara sepakat memulai kembali pembicaraan damai dengan Ukraina.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) membawa sebuah buket bunga mawar untuk Ibu Negara Prancis Brigitte Macron di Benteng Fort de Bregancon di Bormes-les-Mimosas, selatan Prancis, Senin (19/8). Tampak Presiden Prancis Emmanuel Macron menghadap belakang.
Foto: Gerard Julien, Pool via AP
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) membawa sebuah buket bunga mawar untuk Ibu Negara Prancis Brigitte Macron di Benteng Fort de Bregancon di Bormes-les-Mimosas, selatan Prancis, Senin (19/8). Tampak Presiden Prancis Emmanuel Macron menghadap belakang.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Cote d'Azur, Prancis, Senin lalu (19/8). Rupanya Putin tidak datang dengan tangan kosong.

Putin membawa buket bunga mawar indah yang ditujukan untuk Ibu Negara Brigitte Macron. Pemberiannya dilakukan di tangga Fort de Bregancon, sebuah benteng abad pertengahan yang menjadi tuan rumah musim panas bagi setiap presiden Prancis sejak 1968.

Baca Juga

Dilansir New York Post, berdiri di samping suaminya yang berusia 41 tahun, Brigitte (66 tahun) menerima hadiah buket bunga dengan gaun anggun biru disertai sepatu hak tinggi berwarna krem. Melihat aksi 'romantisme' Putin, Macron tersenyum.

Putin juga pernah mencuri perhatian dengan ketika KTT APEC 2014. Saat itu Putin menyampirkan syal ke pundak Ibu Negara China Peng Liyuan. Peng yang dikenal anggun dan bergaya itu menerima tawaran Putin dengan tertawa. Namun, sejurus kemudian dia mengganti syal itu dengan jaket hitam miliknya.

Pertemuan Putin dan Macron kemudian dilanjutkan dengan makan malam dan pertemuan bilateral keesokan harinya. Selama pertemuan kemarin, kedua kepala negara berjanji meningkatkan hubungan Rusia dengan Uni Eropa. Selain itu, kedua negara sepakat memulai kembali pembicaraan damai dengan Ukraina.

Kedua presiden membuka pintu untuk pertemuan beberapa pekan mendatang antara Ukraina, Rusia, Prancis, dan Jerman. Meski keduanya tidak setuju pada masalah yang melibatkan Suriah dan penanganan demonstrasi di Moskow.

Awal bulan ini, Prancis mengecam penangkapan 2.000 demonstran, termasuk kritikus terkemuka terhadap Kremlin sebagai penggunaan kekuatan yang jelas berlebihan.

Putin membela polisi negaranya. Putin mengatakan dia tidak ingin Rusia memiliki jenis kerusuhan yang sama seperti Prancis dengan rompi kuning protes anti-pemerintah. "Kami tidak ingin hal seperti itu terjadi di ibu kota Rusia. Kami akan melakukan segalanya untuk memastikan situasi tetap berada dalam ranah hukum," kata Putin.

Macron mengatakan, situasinya tidak sebanding. Menurutnya, setidaknya di Prancis, pengunjuk rasa dapat mencalonkan diri untuk jabatan terpilih.

"Kami adalah negara di mana orang dapat mengekspresikan diri mereka secara bebas, menunjukkan dengan bebas, mengekspresikan pandangan mereka secara bebas, tetapi yang tidak bisa kita terima adalah mereka menyebabkan kerusakan dan mengganggu ketertiban umum," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement