REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengonfirmasi soal pembicaraan rahasia yang telah dilakukan dengan pemerintah Amerika Serikat (AS). Hal itu menyusul dialog untuk menyelesaikan konflik yang berlangsung lama antara kedua negara.
"Ada pembicaraan selama berbulan-bulan di bawah otorisasi saya antara pemerintahan Trump dan pemerintah Bolivarian untuk menemukan solusi bagi konflik antara kami dan kekaisaran Amerika Utara," kata Maduro dalam acara di kota La Guaria seperti dikutip Anadolu Agency, Rabu (21/8).
Maduro mengatakan, pemerintahannya akan mempertahankan komunikasi dengan AS. Meski demikian, Wakil Presiden Partai Sosialis Diosdado Cabello atau orang nomor dua di pemerintahan Venezuela, membantah tuduhan bahwa ia tengah melakukan pembicaraan rahasia dengan anggota pemerintah AS.
Selain itu, Maduro juga menekankan bahwa ia akan selalu membela solidaritas Venezuela. Negaranya pun siap untuk negosiasi untuk menyelesaikan konflik. "Namun, jika Anda menyerang kami, kami akan merespons," ujarnya.
Venezuela telah dilanda krisis politik sejak 10 Januari, ketika Maduro dilantik untuk masa jabatan kedua. Ketegangan meningkat pada 23 Januari ketika pemimpin oposisi Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden sementara Venezuela.
Rusia, China, dan Iran mendukung Maduro, seperti halnya Turki. Sementara Spanyol, Inggris, Prancis, Swedia, Jerman, Jepang, dan Denmark bergabung dengan AS dan Kanada mengakui Guaido sebagai pemimpin sementara negara kaya minyak itu.