REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Jumlah korban tewas dalam serangan bom bunuh diri yang terjadi di sebuah pesta pernikahan di Ibu Kota Kabul, Afghanistan meningkat menjadi 80 orang. Hal ini dipastikan oleh Kementerian Dalam Negeri negara itu, Rabu (21/8).
Sebelumnya, jumlah awal korban tewas adalah 63 orang. Namun, 17 warga sipil lainnya yang mengalami luka-luka akibat terkena ledakan bom dalam beberapa hari terakhir meninggal.
“Sebanyak 17 lainnya telah meninggal karena luka-luka di rumah sakit dan saat ini lebih dari 160 orang masih mendapat perawatan medis,” ujar juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Nasrat Rahimi dilansir VOA, Kamis (22/8).
Bom bunuh diri yang terjadi dalam sebuah pesta pernikahan di Kabul pada Sabtu (17/8) lalu menjadi insiden serangan yang terbesar di Afghanistan sejak Januari 2018. Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim berada di balik serangan.
Korban yang selamat mengatakan ratusan tamu berada di dalam aula bangunan tempat pesta pernikahan digelar ketika ledakan terjadi di dekat panggung di mana pemain musik juga ada di sana. Banyak anak-anak yang menjadi korban meninggal dalam peristiwa ini.
“Semua pemuda, anak-anak, dan orang yang ada di sana terbunuh. Banyak tamu yang mati syahid,” ujar salah satu korban yang selamat, Mohammad Toofan.
Ayah pengantin wanita dalam insiden itu juga menjadi korban yang selamat. Namun, ia harus menghadapi kenyataan 14 anggota keluarganya tewas dalam pengeboman itu dan tiga lainnya masih hilang.
Pengantin pria yang juga menjadi korban selamat dalam peristiwa itu mengecam keras serangan yang terjadi. Ia juga mengatakan mungkin apa yang terjadi kepadanya saat ini akan terus berlanjut untuk warga Afghanistan lainnya.
“Saya tahu ini bukan penderitaan terakhir bagi rakyat Afghanistan. Penderitaan ini akan terus berlanjut. Ini tidak akan menjadi insiden terakhir yang terjadi pada orang yang tidak bersalah,” ujar Mirwais.