Hadirnya sepuluh perusahaan game dan teknologi digital tanah air dalam Gamescom 2019 adalah bukti bahwa industri game di Indonesia sedang berkembang pesat dan memiliki potensi di pasar luar negeri. DW berbicara dengan beberapa perwakilan perusahaan yang hadir di pameran industri digital Gamescom di Köln mengenai proses berkarir dalam industri game sampai perkembangan industri tersebut. Kehadiran mereka di pameran industri game terbesar dunia ini didukung oleh Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF).
Giring Ganesha, Ketua Indonesia E-sport Premier League (IESPL) menceritakan asal mula keterlibatannya dalam dunia game. Ia mengaku sudah gemar bermain game sejak kecil dan menyebut SEGA sebagai game pertama yang ia mainkan. Meski sempat berhenti dibelikan game oleh orang tuanya, dia akhirnya dibelikan play station pada saat kuliah. Mantan vokalis band Nidji itu juga menceritakan bagaimana dia rajin membawa peralatan gamenya saat berkeliling Indonesia bersama bandnya selama 15 tahun, seperti play station, atau Nintendo Switch. "Jadi memang passion saya jujur aja lah video game dan saya tuh seneng banget sekarang bahwa industri video game di Indonesia udah gede banget," tuturnya.
Cerita serupa juga menjadi latar belakang Anggia Lestari, salah satu pendiri MassHive Media, sebuah perusahaan pengembang game asal Bandung yang ia bangun bersama adiknya. Anggia memiliki latar belakang desain seni, sementara adiknya lebih fokus ke bidang animasi dan game. Kakak beradik ini awalnya bekerja di sebuah perusahaan Jepang, yang tutup setelah setahun. Berlandaskan kesamaan passion dan tujuan, akhirnya mereka mengajak anggota-anggota perusahaan itu untuk mendirikan MassHive. Setelah mengerjakan beberapa proyek lepas, mereka memutuskan untuk memproduksi games sendiri.
Berkembang berkat dorongan pemerintah
Kegemaran semata tentu tidak bisa menjadi modal satu-satunya untuk menggerakan dan mengembangkan industri ini. Adanya bantuan pemerintah berperan besar untuk para perusahaan dan juga untuk kemajuan dunia game Indonesia.
Ketika ditanya tentang peran pemerintah, Giring sangat berterima kasih kepada BEKRAF. Menurutnya BEKRAF sangat mendukung e-sport dan melihat potensinya sebagai pembuka lapangan kerja, baik dari segi atlet, tim, manajemen, broadcaster dan lainnya.
Piala Presiden Esport 2019 yang didukung oleh empat kementerian dan Presiden Joko Widodo juga menjadi salah satu contoh keterlibatan pemerintah dalam industri ini. "Kita harus bangga, bahwa pemerintah kita sangat open minded dengan dunia digital. Karena kalau kita enggak kayak gini, kita bakal ketinggalan," paparnya.
Anggia juga merasakan dampak positif dari bantuan pemerintah. Dengan adanya bantuan BEKRAF ia merasa bahwa pertumbuhan dan perkembangan mereka lebih terarah. Berbeda dengan masa saat ia baru memulai usahanya, dimana bantuan pemerintah belum jelas seperti sekarang. "Memang talentnya banyak, cuma kita waktu itu masih enggak ada arah tujuan," paparnya.
Memperkenalkan potensi Indonesia
Hari pertama Gamescom ditujukan khusus untuk para game developer untuk bertemu dengan calon investor, pengembang dan penerbit computer game. Perusahaan-perusahaan memiliki waktu sekitar 30 menit untuk memperkenalkan produk mereka terhadap pihak-pihak tersebut.
Giring mengatakan berharap mendapatkan pengembang game yang bisa diajak bekerja sama, terlebih lagi karena ia juga mempromosikan kincir.com, sebuah media online nomor satu yang membahas video game, e-sport dan film, dimana ia berkedudukan sebagai co-founder. Ia juga ingin belajar lagi tentang e-sport melalui ajang ini.
Sedangkan Everidea Interactive, sebuah game developer yang memiliki keahlian khusus dalam bidang mobile games, Augmented Reality dan instalasi interaktif sedang mencari penerbit internasional dan juga investor untuk game terbarunya, "Day One". Selain respon positif terhadap game yang mereka punya, Zarisya Aziz, bagian humas perusahaan ini juga melihat bahwa pihak luar juga tertarik dengan pasar Indonesia. "Karena mungkin mereka ternyata sebelumnya enggak setahu itu, kalau Indonesia juga penggiat," jelasnya. Ia pun merasa bahwa adanya paviliun Indonesia di ajang tersebut memungkinkan Indonesia untuk memperkenalkan talenta-talenta yang ada seperti animator, developer ataupun artisnya.
Perubahan terhadap stigma game
Berkembangnya industri game Indonesia juga menunjukkan adanya perubahan perspektif terhadap game. Jika dulu game lebih sering diasosiasikan dengan sifat-sifat negatif, maka pola pikir itu sudah mulai berubah.
"Kalau sebagai orang tua bisa mengontrol anak-anaknya dengan baik, video game bisa menjadi bagian dari bagaimana mereka berprestasi," tutur Giring. Ia membolehkan anaknya bermain video game pada akhir pekan sebagai penghargaan dan motivasi agar anaknya bekerja keras dan bisa mendapatkan nilai bagus. Lebih lagi, bermain video game bersama-sama dengan anak atau berbicara tentang video game dilihat sebagai salah satu cara untuk menjalin hubungan lebih dekat antara orang tua dengan anak-anaknya.
Sekarang pun game yang bersifat edukatif sudah mulai banyak, seperti yang ditawarkan oleh Everidea Interactive. Perusahaan ini berkolaborasi dengan Pelabuhan Indonesia (PELINDO) untuk membuat AR, yang menunjukkan cara kerja kapal. Bersama BPOM mereka meluncurkan game "Toko Pompi”, yang memberikan informasi seputar makanan yang sesuai dengan standar BPOM. Sedangkan "Si Budi” adalah game yang menampilkan fenomena pendidikan di Indonesia yang menyimpang, seperti menyontek dan menyuap, tapi dikemas dalam suasana komedi.
Prospek dan harapan untuk masa depan
Giring mengatakan bahwa e-sport memiliki potensi besar pada masa mendatang, "Prospeknya bukan akan berkembang lagi. Akan berkembang banget,” kata sang Pecinta Game ini. "Asal dijagain sama pemerintah," tambahnya. Harapannya untuk masa depan adalah terjaganya komunitas e-sport Indonesia dan agar komunitas tersebut dapat menghasilkan atlet-atlet terbaik di dunia.
Zarisya pun sempat bercerita tentang besarnya peminat game di Indonesia yang berjumlah empat kali lebih besar dibandingkan dengan pasar film. Dan meski sampai saat ini penggiat game sudah banyak, ia melihat bahwa jumlah ini masih sedikit dibandingkan dengan permintaan pasar. Lebih lagi ia juga mengatakan bahwa menurut informasi yang ada, Indonesia adalah pasar ke-16 terbesar di dunia dan saat ini sedang head-to-head dengan Filipina dari jumlah komunitas dan banyaknya studio developer. "Untuk ke depannya sih kalau aku lihat dari kayak animonya, interestnya, pasti bakal naik sih," ujarnya.
Bagi Anggia, meski sekarang kondisi industri game sudah lebih baik, ia tetap berharap bahwa bantuan pemerintah dan adanya kegiatan seperti Gamescom bisa digalakkan lagi. "Soalnya kita kan talent ada, kita human resource ada, tapi yang jadi masalah di developer Indo itu biasanya memang koneksi," tutur Anggia.
(vv/hp)