REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) pada Sabtu (24/8) diyakini menembakkan dua peluru kendali balistik jarak-pendek ke perairannya di timur, demikian laporan militer Korea Selatan. Tembakan pada Sabtu itu merupakan peluncuran rudal terbaru oleh Korut dalam beberapa pekan belakangan ini di tengah pembicaraan denuklirisasi (perlucutan senjata nuklir) yang mandek.
Peluncuran Sabtu itu merupakan yang ketujuh kalinya dilakukan oleh Korut sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong Un bertemu di perbatasan Korea pada Juni. Penembakan telah menyulitkan upaya untuk menghidupkan kembali perundingan antara AS dan Korut menyangkut masa depan persenjataan nuklir Pyongyang beserta program rudal balistiknya.
Trump dan Kim pada Juni setuju untuk memulai kembali perundingan tingkat pejabat. Namun, AS sejauh ini tidak berhasil mewujudkan rencana itu. Proses pembicaraan mengalami kebuntuan sejak Trump dan Kim bertemu muka untuk kedua kalinya pada Februari di Hanoi.
Awal Agustus, Trump mengungkapkan Kim mengatakan kepadanya bahwa pemimpin Korut itu siap membicarakan lagi program nuklir dan rudal Korut. Kim juga mengatakan bahwa Korut akan berhenti melakukan uji coba rudal begitu latihan perang bersama --antara AS dan Korea Selatan-- berakhir. Namun, kendati latihan militer AS-Korsel sudah selesai, Korea Utara terus melanjutkan peluncuran rudal hingga menimbulkan "kekhawatiran mendalam", kata Dewan Keamanan Nasional Korsel (NSC), Sabtu.
Pascapeluncuran terbaru pada Sabtu, Trump mengatakan Amerika Serikat punya hubungan yang baik dengan Korut. "Kim Jong Un selama ini sangat terus terang kepada saya," kata Trump kepada para wartawan di Gedung Putih.
NSC telah meminta Korut agar berhenti membuat ketegangan militer meningkat. Korsel juga setuju untuk menjalankan upaya diplomatik guna membawa Korea Utara ke meja perundingan dengan Amerika Serikat sesegera mungkin, kata kantor kepresidenan Korea Selatan dalam pernyataan.
Menteri Pertahanan Jepang Takeshi Iwaya mengatakan peluncuran rudal yang dilakukan oleh Korea Utara merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap resolusi-resolusi Perserikatan Bangsa-bangsa dan tidak bisa dianggap enteng. Iwaya membenarkan bahwa rudal terbaru yang ditembakkan Korut itu jatuh di luar Zona Ekonomi Eksklusif Jepang dan tidak menimbulkan ancaman bagi keamanan Jepang.
Kantor berita Jepang, Jiji, melaporkan bahwa Tokyo meyakini proyektil terbaru yang ditembakkan oleh Korut itu adalah rudal-rudal balistik. Pemerintah Jepang telah menyampaikan protes keras kepada Pyongyang.