Ahad 25 Aug 2019 22:36 WIB

Brasil Kerahkan 44 Ribu Militer Atasi Kebakaran Hutan Amazon

44 ribu tentara akan atasi kebakaran di enam negara bagian Amazon

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Neri dos Santos Silva (tengah) menyaksikan api yang mengancam peternakan tempatnya bekerja di kotamadya Nova Santa Helen, negara bagian Mato Grosso, Brasil, Jumat (23/8). Api itu bagian dari kebakaran yang terjadi di wilayah hutan Amazon.
Foto: AP Photo/Leo Correa
Neri dos Santos Silva (tengah) menyaksikan api yang mengancam peternakan tempatnya bekerja di kotamadya Nova Santa Helen, negara bagian Mato Grosso, Brasil, Jumat (23/8). Api itu bagian dari kebakaran yang terjadi di wilayah hutan Amazon.

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Pemerintah pimpinan Jail Bolsonaro mengerahkan sebanyak 44 ribu militer untuk mengatasi lalapan api di paru-paru planet Bumi, Amazon. Pemadaman ini pun dilakukan usai Brasil menerima protes internasional secara luas.

Enam negara bagian di wilayah Amazon, Brasil akan mendapatkan bantuan militer bagi pemadaman api. "Sekitar 44 ribu militer akan teredia untuk operasi yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Menteri Pertahanan Brasil Fernando Azevedo seperti dikutip Aljazirah, Ahad (25/8).

Baca Juga

Negara-negara bagian itu di antaranya, Para, Rondonia, Roraima, Tocantins, Acre, dan Mato Grosso. Azavedo mengatakan, misi pertama militer adalah pengerahan 700 tentara ke daerah di sekitar Porto Velho, ibu kota Rondonia. Pihaknya menggunakan dua pesawat C-130 Hercules yang mempu membuang hingga 12 ribu liter air ke dalam api per satu kali jalan. 

Pada Jumat lalu, sejumlah kebakaran kembali terlihat berkobar di wilayah luas Rondania, dan mengepulkan asap besar ke udara. Dari laporan di atas pesawat, kondisi dan jarak pandang sangat rendah oleh kepulan asap. Namun, terlihat banyak area yang terbakar di wilayah Rondonia. Beberapa penduduk mengatakan, terdapat awan cahaya uang menggantung di atas kota berpenduduk setengah juta orang yang merupakan tidak lain adalah asap dari kobaran api hutan hujan.

Operasi militer Brasil ini terjadi setelah kritik internasional meluas terhadap penanganan krisis di negara pemimpin sayap kanan itu. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres dan Presiden Prancis Emmanuel Macron pun sempat menyampaikan rasa keprihatinan mereka dan menyerukan komunitas internasional untuk membantu. Namun, seruan tersebut malah dianggap sebagai campur tangan oleh Bolsonaro. Padahal sebelumnya Bolsonaro mengatakan Brasil tidak punya sumber daya untuk melakukan pemadaman api ini. 

Meski demikian, Azavedo pun mengklaim tanggapan pemerintah sangat cepat. "Ini menunjukkan kepedulian pemerintah Bolsonaro tentang masalah ini," katanya. Menteri Pertahanan Azavedo mencatat, tawaran Presiden AS Donald Trump di Twitter untuk membantu Brasil memerangi lalapan api. Meski tidak ada kontak lebih lanjut soal tawaran tersebut. "Setiap bantuan disambut sehubungan dengan kebakaran," dia menambahkan.

Direktur Eksekutif lembaga think-tank Brasil Climate Center, Alfredo Sirkis mendukung keterlibatan militer. Namun, ia ragu bahwa api bisa dipadamkan. "Setelah Anda memiliki kebakaran hutan seperti itu, terutama ketika Anda tidak memiliki semua jenis peralatan pemadam kebakaran hutan yang Anda miliki di tempat-tempat seperti AS atau Portugal, api ini sulit dipadamkan," katanya kepada Reuters.

Menurutnya, api hanya akan padam sendiri tergantung pada kondisi cuaca. Sementara pakar lingkungan mengatakan, kebakaran hutan terjadi di tengah meningkatnya deforestasi di wilayah Amazon. Di sana, pada Juli lalu terjadi kebakaran dengan laju empat kali lipat dari bulan yang sam pada 2018, menurut National Institute for Space Research (INPE). Bolsonaro sebelumnya menjatuhkan INPE sebab menurutnya, data yang dikeluarkan pihak INPE sebagai kebohongan. Ia pun memecat kepalanya.

Kebakaran hutan hujan yang menyumbang 20 persen oksigen dunia itu, menggerakan amarah dunia. Isu ini pun dibawa pada pertemuan pemimpin dunia di KTT G7 di Prancis. Krisis ini juga berkembang mengancam kesepakatan perdagangan antara Uni Eropa (UE) dan negara-negara Amerika Selatan termasuk Brasil, yang membutuhkan waktu 20 tahun untuk bernegosiasi.

Presiden Dewan UE, Donald Tusk mengatakan sangat sulit membayangkan negara-negara Eropa meratifikasi kesepakatan dagang dengan blok Mercosur selama Brasil gagal memadamkan api yang merusak Amazon. Sementara, Presiden Macron yang memimpin KTT G-7 sebelumnya menuduh Bolsonaro berbohong padanya tentang sikap Brasil tentang perubahan iklim.

Kebakaran di Amazon sejauh ini melonjak hingga 83 persen dibanding periode sama tahun lalu. Meski kebakaran adalah kejadian biasa dan alami selama musim kemarau, para aktivis lingkungan menyalahkan petani Brasil. Para petani dituding membakar hutan agar bisa membuka lahan untuk padang rumput.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement