Selasa 27 Aug 2019 03:37 WIB

Hong Kong Sebut Demonstrasi Semakin Membahayakan

Demonstrasi di Hong Kong menggunakan beragam media.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nashih Nashrullah
Para pengunjuk rasa yang mengenakan masker gas bereaksi setelah polisi menembakkan gas air mata selama demonstrasi anti-pemerintah di Tsuen Wan, di Hong Kong, Cina, Ahad (25/8).
Foto: EPA-EFE/ROMAN PILIPEY
Para pengunjuk rasa yang mengenakan masker gas bereaksi setelah polisi menembakkan gas air mata selama demonstrasi anti-pemerintah di Tsuen Wan, di Hong Kong, Cina, Ahad (25/8).

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG – Pemerintah Hong Kong menyebut aksi demonstrasi yang terjadi sepanjang akhir pekan lalu menjadi kian berbahaya. Terutama, setelah kekerasan berkobar karena serangan perusuh yang dibalas polisi dengan gas air mata dan tembakan.

"Tindakan kekerasan para demonstran radikal ini ilegal. Tidak hanya keterlaluan, mereka juga mendorong Hong Kong ke ambang situasi yang sangat berbahaya," ungkap pemerintah pada satu pernyataan, dikutip dari laman Morning Star.

Baca Juga

Pada bentrokan hebat itu, sebagian demonstran melemparkan batu-bata dan benda-benda lain ke gedung-gedung. Pengunjuk rasa juga menyorotkan laser dan melemparkan bom bensin ke arah polisi di pasar Yeung Uk di Tsuen Wan.

Ada pula sosok-sosok bertopeng yang memblokir lalu lintas dan melakukan kekacauan. Beberapa sengaja merusak kamera pengintai, sementara yang lain merobek bendera nasional di Kwai Chung Sports Ground.

Sejumlah orang terlihat memajang bendera AS, menyanyikan lagu "Star Spangled Banner", dan meminta Presiden Donald Trump turun tangan. Mereka diyakini berasal dari Partai Nasional Hong Kong, kelompok sayap kanan yang mencari kemerdekaan dari Cina.

Peringatan polisi agar pengunjuk rasa bubar sama sekali diabaikan. Setelah mendapat semprotan gas air mata, pemrotes yang bersenjatakan potongan besi malah mengejar petugas polisi yang terpaksa mundur dan membuat tembakan peringatan.

Inspektur Leung Kwok-wing dari Markas Kejahatan Regional Selatan Wilayah Baru mengatakan tembakan itu dibuat karena petugas merasa dalam bahaya. Pekan ke-12 protes tersebut semakin berlarut-larut tanpa adanya penyelesaian.

Demonstran menggelar unjuk rasa untuk menolak undang-undang ekstradisi yang memungkinkan tersangka Hong Kong dideportasi untuk diadili di negara tempat terjadinya kejahatan. Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam masih mengabaikan tuntutan pendemo.

Cina secara konsisten memperingatkan AS untuk berhenti mencampuri urusan dalam negerinya. Kelompok-kelompok oposisi di Hong Kong, termasuk sebagian aktivis serta pengunjuk rasa, dituduh memiliki hubungan dekat dengan badan yang didanai AS.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement