REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Presiden Iran Hassan Rouhani menyatakan Iran tidak memiliki niat berbicara dengan Amerika Serikat (AS), kecuali semua sanksi yang diberikan kepada Teheran dicabut. Rouhani membuat pernyataan tersebut sehari setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan keinginannya bertemu Iran dan mengakhiri konflik nuklir.
"Teheran tidak pernah menginginkan senjata nuklir. Pertama, AS harus mencabut semua sanksi tidak adil yang dijatuhkan kepad Iran," ujar Rouhani dalam pidato yang disiarkan langsung di televisi pemerintah.
AS keluar dari JCPOA pada 2018 dan memberlakukan kembali sederet sanksi terhadap Iran. Sanksi itu juga dikenakan AS atas Zarif.
Sejak awal Juli lalu Iran mulai menangguhkan komitmennya dalam JCPOA. Hal itu merupakan upaya Teheran menekan Eropa agar melindungi aktivitas perdagangannya dari sanksi AS.
"Kami akan terus mengurangi komitmen kami berdasarkan kesepakatan 2015 jika keinginan kami tidak terpenuhi," kata Rouhani.
Sebelumnya, dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-7, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dia sedang mempersiapkan pertemuan antara Rouhani dengan Trump. Pertemuan tersebut diperkirakan digelar dalam beberapa pekan ke depan untuk menyelesaikan ketegangan akibat masalah nuklir.
Pada KTT G-7 kali ini, Trump dibuat terkejut dengan kehadiran Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif. Awalnya Trump sempat dilaporkan marah dan terkejut atas kedatangan Zarif. Namun, belakangan dia mengklaim sudah mengetahui kedatangan Zarif.