REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah meminta Komite Perencanaan untuk menyetujui pembangunan 300 unit rumah baru di wilayah Tepi Barat yang diduduki. Proyek itu untuk menyelesaikan pembangunan yang sedang berlangsung di Dolev di Ramallah.
“Kami akan memperdalam akar kami dan menyerang musuh-musuh kami. Kami akan terus memperkuat dan mengembangkan permukiman di Yudea dan Samaria (Tepi Barat),” kata Netanyahu dalam pernyataan yang diterbitkan Jerusalem Post, dikutip laman Middle East Monitor, Selasa (26/8).
Dolev adalah permukiman yang dibangun pada 1983. Awalnya, permukiman itu hanya untuk menampung lima keluarga. Namun, seiring masifnya pembangunan rumah baru, jumlah pemukim pun terus bertambah. Pada 2011, tercatat 1.306 pemukim telah tinggal di permukiman yang dianggap ilegal tersebut.
Pada awal Agustus lalu, Times of Israel melaporkan Netanyahu sedang mencari deklarasi publik dari Presiden Amerika Serikat (AS) untuk mengakui kedaulatan Israel atas bagian-bagian Tepi Barat yang diduduki. Motivasi utama Netanyahu melakukan hal itu adalah agar memperoleh dukungan dari publik Israel menjelang penyelenggaraan pemilu yang dijadwalkan dihelat pada awal September mendatang.
Sebenarnya Israel telah menghelat pemilu pada April lalu. Partai Netanyahu, yakni Likud Party, keluar sebagai pemenang. Kemenangan tersebut memastikan jabatan perdana menteri Israel masih akan diemban Netanyahu.
Namun, Netanyahu gagal membentuk kabinetnya sesuai dengan tenggat waktu yang telah ditentukan. Dia akhirnya memutuskan membubarkan parlemen agar jabatan perdana menteri tidak direbut oposisi. Namun, konsekuensi keputusan itu adalah Israel harus menggelar pemilu ulang.
Pada pemilu April lalu, Netanyahu berjanji akan mencaplok Tepi Barat jika terpilih kembali sebagai perdana menteri. “Kami akan memastikan bahwa kami bertanggung jawab di lapangan dan akan memberlakukan kedaulatan atas permukiman Yudea dan Samaria (Tepi Barat),” katanya dalam sebuah wawancara dengan televisi Israel.
Dalam sebuah wawancara lainnya, Netanyahu mengatakan akan membangun permukiman baru di wilayah Palestina yang diduduki tersebut. “Kami akan terus mengendalikan seluruh wilayah barat sungai (Yordania),” ujar Netanyahu merujuk pada Tepi Barat.
Saat ini, terdapat lebih dari 100 permukiman ilegal Israel di Tepi Barat. Permukiman itu dihuni sekitar 650 ribu warga Yahudi Israel. Masifnya pembangunan permukiman ilegal, termasuk di Yerusalem Timur, dinilai menjadi penghambat terbesar untuk mewujudkan solusi dua negara antara Israel dan Palestina.