REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA -- Laporan terbaru dari Human Rights Watch (HRW) mengatakan upaya pemerintah Nigeria untuk memerangi perdagangan manusia dan memberikan dukungan bagi para penyintas serta perawatan bagi para korban masih sangat kurang. Pada penyintas perdagangan orang justru ditahan dan diabaikan oleh Pemerintah Nigeria.
"Para penyintas perdagangan manusia dikurung di tempat penampungan oleh pemerintah Nigeria. Lalu, Pemerintah Nigeria secara ilegal menahan para penyintas perdagangan manusia dan menghambat pemulihan para korban yang selamat dari pengalaman yang mereka alami," kata badan hak asasi dari New York, dikutip dari Aljazirah, Rabu (28/8).
Kemudian, pihak berwenang Nigeria menahan korban perdagangan orang di tempat penampungan dengan tidak mengizinkan mereka pergi. Penahanan itu sangat mempengaruhi perempuan terutama yang masih remaja. Selain itu, perbuatan tersebut juga membahayakan pemulihan dan kesejahteraan mereka. Pernyataan tersebut didasarkan pada wawancara dengan 76 orang yang selamat, 20 di antaranya perempuan berusia antara delapan sampai 17 tahun.
Dua perempuan tersebut diperdagangkan dari Nigeria dan kemudian kembali atau diperdagangkan lagi. Mereka sering dijanjikan pekerjaan dengan gaji yang besar yaitu sebagai pekerja rumah tangga, penata rambut, atau staf hotel tetapi kemudian ditipu dan terjebak dalam eksploitasi dan dipaksa untuk membayar kembali "utang" untuk perjalanan mereka.
“Bibi saya membawa ke sini. Ia bilang akan membantu saya. Ketika saya sampai di sini, ia bilang aku harus bekerja sebelum magang. Ia membawaku ke suatu tempat untuk bekerja sebagai pekerja rumah tangga. Tetapi saya dianiaya. Ia tidak memberi saya makanan. Saya setiap hari mencuci mobil, membersihkan rumah dan halaman, " kata perempuan berusia 14 tahun, yang merupakan salah satu dari beberapa korban.
Selama beberapa tahun terakhir, pemerintah Nigeria telah memperkenalkan beberapa undang-undang anti-perdagangan manusia dan memulai Badan Nasional Pelarangan Perdagangan Orang (NAPTIP) yang bertugas mengelola tempat penampungan bagi para korban perdagangan orang. Namun, tempat penampungan tidak memadai. Beberapa orang yang selamat di tempat penampungan NAPTIP mengeluh karena tidak boleh menerima pengunjung atau menghubungi keluarga mereka.
"Tidak memiliki informasi yang jelas tentang kapan mereka akan berkumpul kembali dengan keluarga mereka, jadwal harian yang monoton, atau kebosanan karena tidak melakukan apa-apa, " kata salah satu anggota HRW.
Tempat penampungan tersebut membuat mereka tidak senang karena kondisi dan layanan yang buruk. Termasuk makanan yang tidak memadai, kurangnya sabun, kurangnya perawatan medis dan psikososial, dan kurangnya pelatihan kerja.
Para penyintas seringkali menderita depresi, kegelisahan, insomnia, sakit, dan penyakit fisik lainnya sebagai akibat dari cobaan berat mereka. Meskipun ada upaya oleh pemerintah Nigeria untuk membantu mereka kembali, yang disebut tempat perlindungan tertutup. Namun, tidak memberikan dukungan yang cukup bagi para penyintas untuk bergabung kembali ke masyarakat Nigeria.
Peneliti Hak-Hak Perempuan dari HRW, Agnes Odhiambo, mengatakan perempuan yang diperdagangkan di dalam dan di luar Nigeria telah mengalami pelecehan dari tangan para pelaku perdagangan manusia. Tapi saat ini mereka tidak menerima dukungan medis, konseling, dan keuangan yang memadai untuk bergabung kembali ke dalam masyarakat yang seutuhnya.
"Kami terkejut menemukan korban selamat yang trauma dikunci di belakang gerbang, tidak dapat berkomunikasi dengan keluarga mereka, selama berbulan-bulan di fasilitas yang dikelola pemerintah," kata dia.
Agnes meminta Nigeria untuk lebih mendengarkan pengalaman para penyintas dan menawarkan lebih banyak ruang untuk layanan masyarakat, pekerja kesehatan, dan organisasi lain untuk berperan dalam pemulihan mereka.
"Pihak berwenang Nigeria sedang berjuang dengan krisis perdagangan dan bekerja dalam situasi yang menantang tetapi mereka dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dengan mendengarkan apa yang dikatakan para korban yang selamat tentang kebutuhan mereka sendiri," kata dia.
Agnes berharap permasalahan perdagangan manusia dan memutus siklus eksploitasi dan penderitaan segera berakhir. Lalu, mereka yang selamat membutuhkan pemerintah untuk membantu mereka pulih dari trauma perdagangan manusia dan mencari nafkah yang layak di Nigeria.