Rabu 28 Aug 2019 09:51 WIB

Imbangi Perang Tarif AS, Yuan Kembali Melemah

Nilai tukar mata uang Yuan terus merosot ketika Cina menahan tarif AS.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
AFP
AFP

Mata uang Cina Yuan, yang di negaranya disebut Renminbi, kembali melemah hari Senin (26/8) mencapai angka terendah selama 11 tahun terakhir. Tren ini terjadi di tengah kekhawatiran atas meningkatnya perang dagang AS-Cina dan potensi resesi global.

Di Cina daratan, nilai tukar Yuan merosot menjadi sekitar 7,1425 terhadap satu dolar AS, level terendah sejak 2008. Sedangkan di luar Cina daratan, Yuan tercatat turun menjadi 7,1850, level terlemah sejak mata uang itu mulai diperdagangkan di luar Cina tahun 2010.

Sebelumnya, Cina mengatakan hari Jumat (23/8) bahwa tarif balasan akan dikenakan atas produk-produk impor dari AS senilai 75 miliar dolar, setelah Presiden AS Donald Trump menaikkan pungutan tambahan atas barang impor dari Cina.

Depresiasi Yuan bisa berlanjut

Kalangan pengamat menilai, Bank Sentral Cina memang sengaja memungkinkan yuan terdepresiasi untuk mengimbangi tarif impor AS dan menjaga mesin ekspornya berjalan di tengah perlambatan ekonomi domestik dan global. Yuan yang lebih murah membuat harga barang dari Cina di pasaran dunia jadi relatif lebih murah.

"Depresiasi yuan seperti itu merupakan bantal penyelamat terhadap tarif AS," kata Mitul Kotecha, ekonom senior di Toronto-Dominion Bank kepada kantor berita Bloomberg.

"Selama Cina dapat memastikan bahwa pelemahan yuan terkontrol dengan baik, artinya tidak memprovokasi arus keluar yang kuat, saya kira depresiasi mata uang akan terus berlanjut," tambahnya

Awal Agustus lalu, AS menuduh Cina melakukan "manipulasi nilai tukar" dengan membiarkan mata uangnya terus melemah. Nilai tukar Yuan awal Agustus untuk pertama kalinya jatuh menembus batas 7 Yuan untuk satu dolar AS.

hp/na (afp, rtr)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement