Kamis 29 Aug 2019 08:51 WIB

AS Buka Kantor Perwakilan untuk Venezuela di Kolombia

Presiden Venezuela menentang intervensi AS dalam urusan dalam negerinya.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Nicolas Maduro
Foto: EPA-EFE/Miguel Gutierrez
Nicolas Maduro

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) membuka kantor perwakilan untuk Venezuela di Bogota, Kolombia. Kantor Unit Urusan Venezuela (VAU) akan dikepalai oleh James Story yang merupakan penanggung jawab AS ke Venezuela. 

"VAU akan terus bekerja untuk pemulihan demokrasi dan tatanan konstitusional di negara itu, serta keamanan dan kesejahteraan rakyat Venezuela," ujar Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan. 

Baca Juga

Pendirian kantor perwakilan tersebut merupakan upaya lanjutan AS untuk menentang Presiden Venezuela Nicolas Maduro, dan mendukung pemimpin oposisi Juan Guaido. AS dan sebagian besar negara Barat mendukung Guaido sebagai presiden yang sah. Sementara, Maduro menuding Guaido melakukan upaya kudeta yang disetir oleh AS.

Dalam sebuah siaran televisi pada Rabu (28/8), Maduro mengatakan, AS tidak punya kapasitas untuk mencapuri urusan dalam negeri Venezuela. Dia juga menentang pernyataan Utusan Khusus AS untuk Venezuela Elliot Abrams dalam sebuah wawancara dengan New York Times.

"Hari ini Elliott Abrams berbicara kepada New York Times untuk memberikan aturan perilaku kepada Venezuela, untuk mengatakan bahwa harus ada pemilihan presiden baru dan bahwa jika ada pemilihan umum, maka tidak dapat berpartisipasi," ujar Maduro.

Sebelumnya, Abrams mengatakan kepada New York Times bahwa pemerintahan Trump tidak akan mendukung pemilihan umum yang diikuti oleh petahana, baik Maduro maupun Guaido. Abrams menambahkan, salah satu dari mereka harus mengundurkan diri jika ingin menjadi kandidat. 

Lebih dari 1,4 juta rakyat Venezuela telah bermigrasi ke Kolombia dalam beberapa tahun terakhir. Mereka melarikan diri dari krisis politik dan ekonomi, yang telah menyebabkan kekurangan pasokan makanan dan obat-obatan. Kolombia telah menanggung beban terbesar migrasi massal dari negara tetangganya. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement