REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki Tayyep Erdogan mengatakan kesepakatan negaranya dengan Amerika Serikat (AS) untuk membentuk 'zona aman' di timur laut Suriah langkah yang benar. Ia juga mengatakan Ankara tidak akan membiarkan Washington menunda rencana itu.
Pekan lalu, Ankara mengungkapkan pusat operasi gabungan untuk membentuk zona aman di perbatasan timur laut Suriah sudah sepenuhnya beroperasi. Washington dan Ankara berselisih tentang wilayah tersebut, di mana milisi Kurdi YPG kelompok pendukung terbesar AS dalam melawan ISIS di Suriah. Sementara Turki menganggap YPG sebagai kelompok teroris.
"Kesepakatan yang sudah diraih dengan AS adalah langkah yang benar menuju pembangunan zona aman dan menyingkirkan YPG dari sebelah timur sungai Eufrat," kata Erdogan dalam perjalan pulangnya setelah bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow, Kamis (29/8).
Erdogan mengatakan Turki tidak akan menerima penundaan rencana tersebut. Ia membandingkan dengan kesepakatan yang dilakukan dengan Washington sebelumnya untuk menyingkirkan YPG dari sebelah utara kota Manbij, Suriah. Ankara menuduh Washington menunda-nunda rencana tersebut.
"Kami tidak akan menoleransi penundaan seperti yang kami lihat di Manbij, proses ini harus berlangsung cepat," kata Erdogan seperti dikutip CNN Turki.
Presiden AS Donald Trump mengajukan rencana itu pada tahun lalu. Ia sempat mengumumkan akan menarik pasukan khusus AS dari utara Suriah. Tapi ia menundanya dengan alasan pasukan Kurdi yang menjadi sekutu AS harus dilindungi.
Erdogan mengatakan pekan ini pasukan Turki akan 'segera' masuk zona aman yang sudah direncanakan. Sebelumnya, ia memperingatkan Turki akan melakukan serangan lintas-batas sendiri untuk menyingkirkan milisi YPG dari perbatasan itu juga diperlukan.
"Semua personel, kenderaan bersenjata, semuanya di perbatasan, artinya kami berada diposisi untuk melakukan segalanya setiap saat," kata Erdogan.