REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Executive Secretary Convention Biological Diversity PBB, Cristiana Pasca Palmer menyatakan kebakaran di Amazon begitu memprihatinkan untuk sistem pendukung kehidupan alami planet ini. Hal ini disampaikan dalam seruan kepada negara, perusahaan dan konsumen untuk membangun hubungan baru dengan alam.
"Kebakaran Amazon menunjukkan bahwa kita menghadapi krisis yang sangat serius," kata Palmer, dilansir Guardian, Jumat (30/8).
"Tapi itu bukan hanya Amazon. Kami juga peduli dengan apa yang terjadi di hutan dan ekosistem lainnya, dan dengan degradasi alam yang lebih luas dan cepat. Risikonya adalah kita bergerak menuju titik kritis yang dibicarakan oleh para ilmuwan yang dapat menghasilkan runtuhnya sistem alam," ungkap Palmer.
Krisis lingkungan dunia merupakan masalah yang semakin meningkat dalam politik internasional. Penggundulan hutan Amazon menjadi agenda utama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 pekan ini di Biarritz, Prancis.
Pada September, para pemimpin dunia akan berkumpul di New York untuk menghadiri KTT aksi iklim. Tahun depan, mereka dijadwalkan untuk berkumpul lagi dalam pertemuan puncak alam sebelum konferensi keanekaragaman hayati PBB di Kunming, Cina, pada Oktober.
"Saya bersyukur bahwa (presiden Prancis Emmanuel) Macron memberi perhatian pada keanekaragaman hayati yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Saya harap ini bukan acara yang hanya ada di G7, tapi itu terus berlanjut saat kita bergerak maju dan bahwa itu akan menginspirasi perlombaan ke puncak untuk para pemimpin politik," ucap Palmer.
Alam perlu menjadi jantung dari setiap solusi yang diusulkan. "Kami tidak dapat memperlakukan ini secara terpisah. Kita tidak bisa menyelesaikan perubahan iklim tanpa keanekaragaman hayati," kata dia.
Tahun ini, para ilmuwan terkemuka dunia memperingatkan bahwa peradaban manusia berada dalam kondisi bahaya. Ini karena penebangan pohon hutan, perubahan penggunaan lahan, polusi dan perubahan iklim telah menempatkan satu juta spesies dalam risiko kepunahan.
Banyak pencinta lingkungan tidak mengindahkan bantuan 20 juta dolar Amerika yang ditawarkan G7 untuk mendukung operasi pemadam kebakaran di Amazon. Akan tetapi ada lebih banyak optimisme tentang rencana reboisasi jangka panjang yang telah dijanjikan Prancis, dan Chili untuk diumumkan pada KTT aksi iklim bulan depan.
Pejabat PBB mengatakan dana G7 itu berharga tetapi masalah uang saja tidak cukup. "Kita perlu mengatasi akar masalahnya," kata Palmer.
"Bahkan jika jumlah yang dibutuhkan dalam memadamkan kebakaran di hutan hujan adalah satu miliar atau 500 juta dolar, kami tidak akan melihat peningkatan kecuali terjadi perubahan struktural yang lebih mendalam. Kita membutuhkan transformasi dalam cara kita mengonsumsi dan memproduksi," paparnya.
"Ini bukan hanya tentang konservasi keanekaragaman hayati, ini tentang keuangan dan perdagangan dan mengubah model pembangunan. Kita perlu menempatkan keanekaragaman hayati dan modal alam di pusat paradigma ekonomi," ucap Palmer
Dalam KTT aksi iklim pada September, para pemimpin dunia akan diminta untuk meningkatkan ambisi pengurangan emisi, dan mengeksplorasi pendekatan baru guna menarik karbon dioksida keluar dari atmosfer. Mereka akan membahas solusi berbasis alam, yang mencakup bagaimana restorasi hutan dapat membantu menstabilkan iklim.
Diantara mereka yang akan berpidato di puncak yakni aktivis iklim Swedia Greta Thunberg, yang tiba di New York pekan ini setelah berlayar melintasi Atlantik dengan kapal pesiar tanpa karbon. "Bahkan di atas kapal saya mendengar tentang kebakaran di Amazon, hutan hujan. Ini menghancurkan. Ini sangat mengerikan. Sulit dibayangkan. Perang melawan alam harus berakhir," katanya pada konferensi pers di dermaga.