REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Wakil Menteri Luar Neger Korea Utara (Korut) Choe Son Hui mengatakan pembicaraan dan dialog dengan Amerika Serikat (AS) menjadi lebih sulit. Hal itu disebabkan komentar Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo tentang perilaku degil Korut.
Choe menilai komentar Pompeo tak masuk akal dan provokatif. “Pompeo telah melangkah sejauh ini dalam bahasanya dan itu dibuat di pembukaan negosiasi tingkat kerja AS-Korut yang diharapkan menjadi lebih sulit,” kata Choe dalam sebuah pernyataan, dilaporkan kantor berita Korut, KCNA, Sabtu (31/8).
Choe memperingatkan bahwa harapan Korut untuk melakukan pembicaraan dengan AS perlahan memudar. “AS lebih baik tidak menguji kesabaran kita lagi dengan komentar seperti itu yang menjengkelkan kita jika tidak ingin memiliki penyesalan yang pahit setelahnya,” ujarnya.
Saat berbicara di acara The American Legion National Convention pada Selasa lalu, Pompeo menyinggung tentang permasalahan Korut. “Kami menyadari bahwa perilaku degil Korut tidak dapat diabaikan,” kata dia.
Sebelumnya Presiden AS Donald Trump mengatakan pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un siap melanjutkan pembicaraan denuklirisasi. Namun dia tak menjelaskan kapan kira-kira pembicaraan itu akan berlangsung.
Bulan lalu, Trump dan Kim sempat bertemu di zona demiliterisasi Korea di Panmunjom. Suasana pertemuan terlihat cukup hangat. Trump bahkan sempat melintasi perbatasan dan memasuki wilayah Korut. Ia menjadi presiden AS pertama yang melakukan hal tersebut.
Perundingan denuklirisasi antara AS dan Korut yang berlangsung di Hanoi, Vietnam, pada Februari lalu diketahui berakhir tanpa kesepakatan. Hal itu disebabkan karena kedua belah pihak mempertahankan posisinya tentang penerapan sanksi.
Korut, yang telah menutup beberapa situs uji coba rudal dan nuklirnya, meminta AS mencabut sebagian sanksi ekonominya. Namun AS tetap berkukuh tak akan mencabut sanksi apa pun. Kecuali Korut telah melakukan denuklirisasi menyeluruh dan terverifikasi.