Senin 02 Sep 2019 09:56 WIB

Cina dan AS Siapkan Perang Tarif Baru

Kedua pihak saling mengancam menaikkan tarif impor 15 persen.

YUAN. Seorang warga melintasi kantor penukaran uang asing yang dihiasi gambar uang berbagai negara di Hong Kong, Selasa (6/8). Nilai tukar yuan Cina merosot tajam atas dolar AS sebagai akibat dari perang dagang dengan Amerika Serikat.
Foto: AP Photo/Kin Cheung
YUAN. Seorang warga melintasi kantor penukaran uang asing yang dihiasi gambar uang berbagai negara di Hong Kong, Selasa (6/8). Nilai tukar yuan Cina merosot tajam atas dolar AS sebagai akibat dari perang dagang dengan Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perang dagang Cina dan Amerika Serikat (AS) memasuki tahapan baru. Kedua negara menaikkan tarif impor lawan masing-masing. Di sisi lain, perundingan untuk mengakhiri perselisihan yang dimulai sejak tahun lalu akan digelar lagi bulan ini.

Media pemerintah Cina, yakni Xinhua memberikan catatan yang cukup keras. "Amerika Serikat harus belajar berperilaku sebagai kekuatan dunia yang bertanggung jawab dan berhenti bertingkah seperti 'perundung di sekolah'," tulis Xinhua, Ahad (1/9).

Tahapan baru perang dagang mulai berlaku pada Ahad ini. Beijing menaikkan retribusi minyak mentah AS sebesar lima persen. Pertama kalinya perang dagang ini melibatkan sektor perminyakan.

"Sebagai satu-satunya kekuatan dunia, (AS) harus memikul tanggung jawab di pundaknya dan bergabung dengan negara lainnya untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik dan sejahtera lagi. Hanya dengan begitu, Amerika kembali jadi hebat lagi," tulis Xinhua.

Mereka menyinggung slogan yang dipakai Presiden AS Donald Trump selama kampanye, yakin 'Make America Great Again'. Media milik pemerintah Partai Komunis Cina, People Daily mengatakan, kenaikan tarif impor tidak memengaruhi pembangunan Cina.

"Meledaknya perekonomian Cina membuat Cina menjadi tanah subur untuk investasi yang tidak dapat diabaikan perusahaan asing," dalam sebuah catatan yang menggunakan nama Zhong Zheng. Zhong Zheng atau 'Suara Cina', sebuah nama yang sering digunakan Pemerintah Cina untuk mengungkapkan pandangan mereka tentang kebijakan luar negeri.

Tahapan baru perang dagang ini dimulai oleh AS. Pemerintahan Trump mulai menaikkan tarif impor Cina sebesar 15 persen, yaitu senilai 125 miliar dolar AS. Barang-barang itu, antara lain, speaker canggih, headphone bluetooth, dan berbagai komoditas sepatu.

Cina membalasnya dengan menaikkan tarif impor sebesar 15 persen beberapa barang AS senilai 75 miliar dolar AS. Beijing belum mengungkapkan rincian barang apa saja yang dinaikkan tarifnya.

Tarif tambahan sebesar lima persen dan 10 persen ini diberlakukan terhadap 1.717 dari 5.078 jenis produk yang berasal dari AS. Beijing akan menaikkan tarif impor sisa barang lainnya pada 15 Desember.

photo
Trump mengumbar sanksi ekonomi dan perang dagang.

Pada bulan lalu Trump mengatakan, ia meningkatkan tarif impor barang-barang Cina yang sebelumnya sudah dinaikkan dan berencana menaikkan tarif impor sebesar lima persen barang Cina senilai 550 miliar dolar AS. Hal ini ia katakan setelah Cina mengumumkan langkah balasan. Tarif impor telepon genggam, laptop, mainan, dan pakaian akan naik sebesar 15 persen pada 15 Desember.

Kantor Perwakilan Perdagangan AS mengatakan, pada 20 September mereka akan mengumpulkan opini publik tentang kenaikan tarif impor barang Cina sebesar 30 persen untuk komoditas Cina. Kenaikan itu menjadi senilai 250 miliar dolar AS yang sebelumnya sudah dinaikan sebesar 25 persen.

Tim perdagangan AS dan Cina melanjutkan perundingan dan akan menggelar pertemuan pada September ini. Tapi, menurut Trump, kenaikan tarif yang dilakukan Cina membuat pertemuan itu ditunda.

Selama dua tahun terakhir, Trump menekan Cina. AS meminta negara yang dipimpin Xi Jinping itu bersedia mengubah kebijakan mereka dalam perlindungan hak kekayaan intelektual dan kebijakan yang mengharuskan perusahaan asing memberikan teknologi mereka ke perusahaan Cina. AS juga meminta Cina mengubah kebijakan mereka dalam subsidi untuk perusahaan Cina dan membuka akses pasar seluas-luasnya.

Namun, Negeri Tirai Bambu itu konsisten membantah tuduhan-tuduhan AS tersebut. Mereka berjanji akan menyerang balik dan mengkritik praktik perdagangan proteksionis yang diterapkan Trump. Cina menekan AS untuk membatalkan kenaikan tarif impor. Pada pekan lalu mereka mengatakan, perundingan pada September sudah dibahas kedua negara.

Perang dagang ini dibayangi ketegangan juga antara Beijing dan Washington di Laut Cina Selatan. AS menuntut perairan strategis itu tetap menjadi wilayah bebas navigasi. Sementara, Cina mengklaim sebagian besar dari perairan yang diperebutkan enam negara itu adalah milik mereka. n lintar satria/reuters ed: yeyen rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement