Senin 02 Sep 2019 12:24 WIB

Myanmar Pulihkan Akses Internet di Sebagian Rakhine

Pemulihan akses internet dilakukan di lima dari sembilan kota.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Citra satelit dari Human Rights Watch / Digital Globe ini menunjukkan empat desa di kota Maungdaw, negara bagian Rakhine utara, Myanmar pada 2 Desember 2017.
Foto: Human Rights Watch/Digital Globe via AP
Citra satelit dari Human Rights Watch / Digital Globe ini menunjukkan empat desa di kota Maungdaw, negara bagian Rakhine utara, Myanmar pada 2 Desember 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, NAY PYI DAW -- Pemerintah Myanmar telah memulihkan akses internet di lima dari sembilan kota di Negara Bagian Rakhine, Ahad (1/9). Sebelumnya Myanmar memblokir jaringan internet di sana karena adanya pertempuran dengan kelompok pemberontak etnis.

Menteri Tetap Kementerian Transportasi dan Komunikasi Soe Thein mengonfirmasi tentang pemulihan akses internet di lima kota tersebut. "Ketika situasi menjadi stabil di daerah-daerah ini, layanan internet dilanjutkan sejak Sabtu (31/8) tengah malam," ujarnya, dikutip Anadolu Agency.

Baca Juga

Kendati demikian, Soe belum dapat memastikan kapan akses internet di empat kota tersisa akan dipulihkan. Dia hanya mengatakan hal itu tergantung pada pencapaian stabilitas di sana.

Penyedia layanan internet di Myanmar, Telenor Group, mengapresiasi pencabutan pemblokiran akses internet tersebut. Menurutnya, itu merupakan perkembangan positif.

"Dari awal pemblokiran internet kami telah menyampaikan kebebasan berekspresi melalui akses ke layanan telekomunikasi harus dipertahankan untuk tujuan kemanusiaan, terutama selama masa konflik," kata Telenor Group dalam sebuah pernyataan.

Telenor Group mengaku akan terus menjalin komunikasi dengan otoritas Myanmar dan mendorong mereka memulihkan jaringan internet di kota-kota tersisa. Adapun empat kota yang masih diblokir yakni Mrauk-U, Kyauktaw, Minpya, dan Ponnagyun.

Di empat kota itu, kontak senjata antara kelompok pemberontak dan pasukan Myanmar berlangsung setiap hari. Hal itu terjadi sejarak kelompok Arakan Army melancarkan serangan ke pos-pos polisi pada Januari lalu. Sebanyak 13 perwira tewas akibat serangan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement