Senin 02 Sep 2019 20:20 WIB

Zebra Cross Tiga Dimensi Di Australia, Bagaimana Kondisi Pejalan Kaki di Indonesia?

Lampu lintas dipasang di tanah sehingga pejalan kaki pengguna HP bisa melihatnya.

Red:
abc news
abc news

Dengan banyaknya pejalan kaki di Australia usaha memastikan bahwa mereka tidak mengalami kecelakaan dan menjadi korban alat transportasi lain terus dilakukan.

Fasilitas Jalan Australia dan Indonesia

 

Salah satunya yang sudah dilakukan di beberapa tempat adalah membuat zebra cross yang dicat sehingga terlihat seperti tiga dimensi sehingga bisa dilihat dengan mudah.

Hal lain yang juga dilakukan di Melbourne adalah memasang lampu lintas di tanah sehingga mereka yang banyak menggunakan HP bisa melihat ketika menyeberang jalan.

Zebra cross tiga dimensi yang pertama di Australia dibuat di kota Boulia, di negara bagian Queensland, mengikuti contoh apa yang sudah dilakukan di tempat lain di Eropa.

Karena baru, ketika pertama kali dimuat di akun media sosial, zebra cross tiga dimensi ini dilihat oleh 21 juta orang. Tidak saja zebra cross ini membantu warga untuk menyeberang dengan selamat, namun juga menarik perhatian turis untuk mencobanya.

"Kami sekarang kedatangan turis yang bertanya dimana adanya zebra cross tiga dimensi tersebut, jadi sekarang juga menjadi objek turis."kata Walikota Boulia Eric "Rick" Britton.

Zebra cross tiga dimensi ini selain meningkatkan keselamatan, juga banyak digunakan oleh anak-anak sekolah yang tertarik untuk menggunakannya karena desainnya yang unik.

Sekarang kota praja (council) Bankstown, sekitar 24 km dari pusat kota Sydney, juga sudah membuat zebra cross serupa dan merupakan yang pertama di negara bagian New South Wales.

Di negara bagian Victoria, zebra cross tiga dimensi ini sudah dipasang di Best Street di kawasan Fitzroy North bulan November lalu.

Lampu di tanah untuk pengguna ponsel

Selain itu di pusat kota Melbourne terdapat juga lampu lalu lintas yang dipasang di tanah di beberapa daerah persimpangan jalan di tengah kota sejak 2017.

Lampu tersebut akan menyala dalam warna merah (berhenti) atau hijau (jalan) sesuai dengan sinyal dari lampu penyeberangan yang terpasang di seberang lampu penerangan itu.

Menteri Keamanan Jalan Raya Australia Luke Donellan tahun 2018 mengatakan hal ini dilakukan untuk mengurangi tingkat kecelakaan bagi pejalan kaki.

"Lampu ini dipasang untuk mengingatkan pejalan kaki supaya berhenti saat lampu merah, melihat ke atas dan memperhatikan sekitar mereka."

Lampu serupa dalam ukuran lebih kecil juga terpasang di jalanan kota Sydney, Australia meski tidak seterang yang ada di Melbourne.

Bagaimana dengan Indonesia?

 

Ketika di Australia dan negara lain sudah merencanakan dan membuat zebra cross tiga dimensi, Indonesia masih berkutat dengan jembatan penyeberangan dua dimensinya.

Di dalam akun Instagram @koalisipejalankaki, terlihat foto jembatan penyebrangan di Indonesia yang sisi seberang jalannya tertutup pagar.

Kondisi ini tidak memungkinkan pejalan kaki untuk menyeberang jalan.

Di posting tersebut, tertulis penjelasan gambar "Pejalan Kaki latihan Parkour terlebih dahulu sebelum menyeberang di zebracross".

Selain itu, terdapat juga posting lain dari akun yang sama yang menunjukkan foto sebuah mobil yang berada di atas jembatan penyeberangan.

Posisi kendaraan tersebut akan menghalangi dan berpotensi membahayakan pejalan kaki yang hendak menyeberang jalan.

Kurang perhatian pemerintah

Alfred Sitorus, ketua dari kelompok pembela hak pejalan kaki Koalisi Pejalan Kaki kepada media lokal mengatakan fasilitas di jalan raya Indonesia masih membutuhkan perhatian lebih.

 

Ia meminta agar Dinas Tata Kota memperbaiki fasilitas yang tersedia agar aman dan mudah diakses oleh segala kalangan.

Namun di tengah banyaknya pengendara kendaraan bermotor yang suka tidak taat aturan, ia juga tidak membenarkan pejalan kaki yang semena-mena di jalan raya.

"Merupakan sesuatu yang tidak dibenarkan apabila sudah tersedia fasilitas namun pejalan kaki justru menyebrang di tempat tidak semestinya digunakan untuk menyebrang."

Namun bagaimanapun juga, ia masih berpendapat bahwa fasilitas jalan raya yang ada belum bisa dikatakan ramah bagi semua orang.

Trotoar di kota Jakarta, contohnya sudah menerima banyak kritik. Salah satunya adalah tentang bagaimana trotoar yang tidak ramah bagi warga difabel.

"Trotoar di jalan Fatmawati seberang dan depan Pasar Mede mengganggu dan membahayakan pejalan kaki apalagi di jalur difabel," tulis seorang pengguna Twitter.

"Mohon perhatian pihak terkait. Terima kasih."

Foto tersebut menggambarkan jalur difabel yang dihalangi sepeda motor dan yang memiliki lubang besar di tengahnya.

Simak berita-berita lainnya dari ABC Indonesia

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement