Senin 02 Sep 2019 15:18 WIB

Jurnalis Maladewa Dibunuh Kelompok Ekstremis

Jurnalis Maladewa yang dibunuh menulis tentang korupsi dan ekstremisme Islam

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Presiden Maladewa Abdulla Yameen dikeliling pengawalnya di Male, Maladewa, Sabtu (3/2).
Foto: AP Photo/Mohamed Sharuhaan
Presiden Maladewa Abdulla Yameen dikeliling pengawalnya di Male, Maladewa, Sabtu (3/2).

REPUBLIKA.CO.ID, MALE -- Seorang jurnalis Maladewa yang diculik telah dibunuh kelompok ekstremis Islam. Hal itu dikatakan komisi penyelidikan pembunuhan dan penghilangan paksa selama pemerintahan mantan presiden Abdulla Yameen. 

Ahmed Rilwan, seorang jurnalis independen Maladewa yang menulis tentang korupsi dan ekstremisme Islam diculik pada Agustus 2014 lalu. Satu tahun setelah Yameen terpilih. 

Baca Juga

Para jurnalis dan kelompok hak asasi manusia di kepulauan tropis itu mengatakan kritik Rilwan terhadap pemerintah dan kelompok Islam radikal membuatnya menjadi target. Kepala Komisi Presidensial dalam Investigasi Pembunuhan dan Pehilangan Paksa Husnu Suood mengatakan panelnya sudah menerima sejumlah kesaksian dari mereka yang terlibat dalam pembunuhan tersebut. 

"Rilwan dibunuh kelompok radikal Islam yang berasosiasi dengan kelompok ekstremis asing yang telah mengancamnya beberapa kali," kata Souud, Senin (2/8). 

Suood mengatakan tidak lama setelah diculik Rilwan dibunuh di lautan. Tapi, Suood mengatakan ia menolak untuk menjelaskan pembunuhan tersebut dengan rinci karena detail pembunuhan dapat mengganggu jalannya penyelidikan.

Panel itu ditunjuk oleh Presiden Ibrahim Mohammed Solih pada bulan November lalu. Tidak lama setelah ia mengalahkan Yameen dalam pemilihan umum. Mereka menemukan Yameen mencoba mengalihkan kasus penculikan Rilwan. 

Namun, Suood mengatakan tidak ada bukti yang dapat mendakwa Yameen terlibat dengan penculikan dan pembunuhan tersebut. Yameen dan pengacaranya tidak menjawab permintaan komentar walaupun sebelumnya ia telah membantah terlibat dalam pembunuhan.

Anggota partai Yameen’s People’s National Congress Mohammed Shareef mengatakan pernyataan panel tersebut bermotif politik karena tidak ada bukti keterkaitan Yameen dengan penculikan Rilwan. 

"Mereka tidak memiliki bukti keterkaitan Presiden Yameen atas penghilangan paksa, untuk mendorong dakwaan terhadapnya," kata Shareef. 

Para aktivis mengecam tindakan keras yang dilakukan pemerintah Yameen terhadap perbedaan pendapat. Tindakan keras itu dilakukan setelah Rilwan diculik dan seorang penulis blog yang menyerang kelompok Islam radikal dan korupsi dipemerintahan yakni Yameen Rasheed dibunuh pada 2017 lalu. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement