Senin 02 Sep 2019 16:34 WIB

Iran dan Prancis Mulai Bahas Kesepakatan Nuklir

Presiden Iran Hassan Rouhani berbicara lewat telpon dengan Presiden Prancis.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Presiden Iran Hassan Rouhani
Foto: Iranian Presidency Office via AP
Presiden Iran Hassan Rouhani

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Juru bicara pemerintah Iran Ali Rabiei mengatakan pandangan Iran dan Prancis tentang kesepakatan nuklir sudah semakin mendekat. Hal itu diumumkan setelah Presiden Iran Hassan Rouhani berbicara dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron melalui sambungan telepon. 

"Untungnya sudut pandang dalam sejumlah isu semakin dekat dan sekarang membahas hal teknis untuk melaksanakan komitmen Eropa (dalam kesepakatan nuklir)," kata Rabiei dalam pernyataannya di stasiun televisi, Senin (2/8). 

Baca Juga

Sejak Amerika Serikat (AS) menarik diri dari kesepakatan nuklir atau Joint Comprehensif Plan of Action (JCPOA) tahun lalu Eropa mencoba untuk membujuk Iran mempertahankan kesepakatan itu. Mereka berjanji akan membuat sebuah skema yang melindungi Iran dari sanksi ekonomi yang diberlakukan AS. 

Pemimpin-pemimpin Eropa kesulitan untuk menenangkan konfrontasi antara Iran dan AS. Sebagai tuan rumah pertemuan G7 pekan lalu Prancis mengundang Iran dalam pertemuan tersebut. 

Prancis mengundang Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif untuk mengadakan pertemuan sela di pertemuan G7. Di Biarritz, Zarif membahas kondisi yang dapat menurunkan ketegangan antara Teheran dan Washington dengan menteri luar negeri Prancis. 

Eropa khawatir ketegangan itu dapat menghancurkan JCPOA yang membuat Timur Tengah jatuh dalam peperangan. Sebelum pertemuan G7 digelar Macron juga sempat bertemu dengan Zarif. 

Mereka membahas upaya untuk mengatasi krisis tersebut, termasuk mengurangi beberapa sanksi AS atau memberikan mekanisme kompensasi kepada Iran. Dua orang pejabat dan seorang diplomat Iran mengatakan jika Barat ingin bernegosiasi dengan Teheran untuk menyelamatkan JCPOA. Maka mereka harus membiarkan Iran mengekspor minyak minimal 700 ribu barel per hari dan idealnya 1,5 juta barel per hari.

Namun, salah seorang diplomat yang terlibat dalam pertemuan G-7 mengatakan para pemimpin sekutu AS gagal menyakinkan Presiden AS Donald Trump. Mereka membujuk Trump untuk mengeluarkan kembali keringanan yang diberikan para pembeli minyak Iran yang dicabut pada bulan Mei lalu. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement