REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Kepolisian Tunisia mengatakan seorang petugas polisi dan tiga orang milisi Islam terbunuh dalam sebuah bentrokan. Bentrokan itu terjadi di tempat terpencil di dekat perbatasan dengan Aljazair.
Tunisia menjadi negara Arab yang paling sekuler. Karena itu negara tersebut diincar kelompok ekstremis.
Sebelumnya, Tunisia dipuji sebagai perintis demokrasi di Timur Tengah dengan menggulingkan Zainal Abidin bin Ali tahun 2011 lalu. Negara itu akan menggelar pemilihan presiden pada 15 September mendatang.
"Pasukan kami membunuh tiga orang teroris dalam bentrokan yang terjadi 10 hari upaya tindak lanjut mengejar unsur-unsur teroris," kata Kolonel Polisi Houssem Jbebli, Senin (2/9).
Jbebli mengatakan polisi yang meninggal adalah kepala pos polisi kota Haidra. Pekan lalu, Perdana Menteri Tunisia Youssef Chahed mengatakan negaranya masih berada dalam ancaman kelompok teroris termasuk ISIS.
Tunisia dihantam tiga serangan besar pada tahun 2015 lalu. Satu serangan di museum kota Tunis, satu di pantai turis di Sousse dan satu lagi terhadap penjaga kantor kepresidenan.
ISIS mengaku bertanggung jawab atas ketiga serangan tersebut. Pariwisata Tunisia bangkit secara perlahan-lahan setelah serangan teror cukup berdampak terhadap sektor tersebut.