Selasa 03 Sep 2019 03:00 WIB

Eropa Beri Bantuan Kemanusiaan Rp 140 Miliar untuk Myanmar

Bantuan Eropa untuk melindungi masyarakat paling rentan di Myanmar.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Wanita Rohingya mendarat di pesisir perbatasan Bangladesh-Myanmar melalui Teluk Bengal, di Shah Porir Dwip, Bangladesh,  (11/9/2017).
Foto: Danish Siddiqui/Reuters
Wanita Rohingya mendarat di pesisir perbatasan Bangladesh-Myanmar melalui Teluk Bengal, di Shah Porir Dwip, Bangladesh, (11/9/2017).

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – Komisi Eropa akan memberikan paket bantuan kemanusiaan sebesar sembilan juta euro atau sekitar Rp 140 miliar (dengan kurs Rp 15.554 per euro) untuk masyarakat yang terkena dampak kekerasan di Myanmar.

Komisaris untuk bantuan kemanusiaan dan perlindungan sipil Komisi Eropa Christos Stylianides mengatakan situasi di Myanmar melampaui penderitaan para pengungsi Rohingya di Bangladesh. “Kami tidak bisa melupakan para korban di Myanmar yang telah mengungsi dari rumah mereka karena kekerasan yang sedang berlangsung di negara tersebut. Perlindungan warga sipil terus menjadi prioritas utama Uni Eropa,” kata dia pada Senin (2/9), dikutip laman Anadolu Agency.

Baca Juga

Stylainides mengatakan bantuan tersebut bertujuan melindungi masyarakat yang paling rentan kehilangan hak-hak dasar, khususnya mereka yang tinggal di Negara Bagian Kachin, Shan, dan Rakhine. Dia menyadari di daerah-daerah tersebut tengah terjadi konflik antara kelompok milisi dan pasukan Myanmar.

Namun, dia meminta semua pihak yang terlibat dalam konflik menghormati hukum humaniter internasional. “Semua pihak dalam konflik harus menghormati hukum humaniter internasional dan memberikan akses kemanusiaan tanpa batas ke semua bagian negara,” ujarnya.

Menurut Komisi Eropa sejak konflik bersenjata antara kelompok milisi dan pasukan Myanmar pecah pada 2011, telah terdapat lebih dari 100 ribu warga sipil yang mengungsi dari Kachin dan bagian utara Negara Bagian Shan. Kekerasan telah meningkat secara signifikan sejak awal 2018. Hal itu menyebabkan jumlah warga yang melarikan diri meningkat dan meluas.

Pada Ahad lalu, Myanmar telah memulihkan akses internet di lima dari sembilan kota di Rakhine. Sebelumnya jaringan internet di sana diblokir karena adanya pertempuran antara kelompok milisi dan pasukan pemerintah Myanmar.

Menteri Tetap Kementerian Transportasi dan Komunikasi Soe Thein mengonfirmasi tentang pemulihan akses internet di lima kota tersebut. "Ketika situasi menjadi stabil di daerah-daerah ini, layanan internet dilanjutkan sejak Sabtu (31/8) tengah malam," ujarnya.

Kendati demikian, Soe belum dapat memastikan kapan akses internet di empat kota tersisa akan dipulihkan. Dia hanya mengatakan bahwa hal itu tergantung pada pencapaian stabilitas di sana. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement