Selasa 03 Sep 2019 09:30 WIB

Pelajar Hong Kong Giliran Ikut Demonstrasi

Para pelajar memboikot hari pertama sekolah dan ikut unjuk rasa.

Siswa sekolah di Hong Kong menolak bersekolah dengan berunjukrasa di Hong Kong, China, Senin (2/9).
Foto: Kai Pfafenbach/Reuters
Siswa sekolah di Hong Kong menolak bersekolah dengan berunjukrasa di Hong Kong, China, Senin (2/9).

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Puluhan ribu orang termasuk siswa sekolah menengah atas Hong Kong ikut turun ke jalan, Senin (2/9). Dengan masih mengenakan seragam yang berwarna putih, mereka melakukan mogok sekolah pada hari pertama tahun ajaran baru. Mereka mengenakan penutup mata sebelah, kacamata pengaman, dan helm.

Aksi ini merupakan protes untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap gerakan antipemerintah. Gejolak politik di Hong Kong sudah berlangsung hampir tiga bulan. Gerakan antipemerintah yang menuntut demokrasi dan penyelidikan independen atas kekejian polisi ini diuji setelah liburan musim panas di daerah otonomi khusus Cina itu berakhir.

Siswa-siswa yang melakukan aksi mogok sekolah berkumpul di Chinese University of Hong Kong dan dua ruang publik lainnya di pusat kota. Selain siswa, para pekerja yang melakukan mogok juga berkumpul di Tamar Park.

Sementara itu, para siswa berkumpul di dekat Edinburgh Place. Para siswa yang bolos sekolah memegang sebuah spanduk warna hitam yang bertuliskan "Tidak ada masa depan maka tidak harus pergi ke sekolah".

Di St Francis Canossian College, para siswi berseragam berlutut dalam barisan. Mereka memegang sebuah spanduk yang bertuliskan "Lima tuntutan dasar: Tak ada yang bisa ditiadakan".

St Francis College merupakan sekolah elite khusus perempuan tempat pemimpin Hong Kong Carrie Lam belajar. Menteri Pendidikan Hong Kong Kevin Yeung mengatakan, ia berharap para siswa bersekolah. "Sekolah harusnya bukan tempat untuk melakukan tuntutan politik atau melakukan tekanan," kata Yeung dalam rapat pemerintah, Senin (2/9).

Tuntutan pengunjuk rasa antara lain pencabutan dakwaan demonstran yang ditangkap. Mereka juga meminta agar rancangan undang-undang ekstradisi yang dapat membuat warga Hong Kong diadili di Cina resmi dicabut.

Tuntutan ini didasari karena warga Hong Kong merasa Pemerintah Cina yang dikuasai Partai Komunis mengikis pelan-pelan otonomi dan kebebasan di kota mereka. Slogan "satu negara satu sistem" sudah disepakati saat Inggris menyerahkan Hong Kong ke Cina tahun 1997.

Beberapa pengunjuk rasa mengganggu komuter Hong Kong dengan menghalangi pintu kereta tertutup. Dalam aksi terbaru, pengunjuk rasa yang mengenakan pakaian hitam berdiri di pintu kereta dan memblokade jalan di serangkaian stasiun sistem bawah tanah pada Senin pagi. Otomatis perjalanan kereta api menjadi terlambat.

Para pengunjuk rasa memang menyerukan pemogokan umum pada Senin. Namun, kota tampaknya relatif tenang dengan toko-toko yang buka, kereta beroperasi, dan pekerja berjalan ke kantor.

"Tidak, tidak, kita tidak akan mogok. Pada masa-masa ini, kita membutuhkan uang," kata Cherry Leung (47 tahun) ketika dia menumpuk jeruk dan semangka di warungnya, seperti dilansir di Channel News Asia, Senin. "Saya rasa kita sudah punya cukup banyak masalah untuk saat ini," katanya.

Petugas polisi di Stasiun Lok Fu memukul pengunjuk rasa dan menangkap satu orang. Tiga pengunjuk rasa lainnya ditangkap di Stasiun Lai King. Pada Ahad (1/9), operator komuter Hong Kong, MRT Corp, menghentikan layanannya ke bandara.

photo
Siswa sekolah di Hong Kong menolak bersekolah dengan berunjukrasa di Hong Kong, China, Senin (2/9).

Sebelumnya, ribuan pengunjuk rasa berkumpul untuk memenuhi undangan mengganggu transportasi kota. Mereka menghalangi bus-bus yang tiba di bandara. Polisi antihuru-hara membuat pengunjuk rasa tidak bisa masuk ke dalam terminal bandara.

Polisi mengatakan, beberapa pengunjuk rasa memukulkan batu dan tongkat besi ke rel kereta Airport Express. Mereka memaksa operator kereta menghentikan layanannya. Akibatnya, beberapa orang harus berjalan cukup jauh untuk bisa sampai ke bandara. Otoritas bandara mengatakan, sebanyak 25 penerbangan sempat dibatalkan. Namun, layanan transportasi sebagian besar kembali normal.

Pada Sabtu (31/8) tengah malam, polisi Hong Kong menyerbu kereta bawah tanah dengan tongkat penghalau massa. Mereka juga menyerang penumpang dengan semprotan merica atau pepper spray. Sementara itu, pengunjuk rasa melemparkan bom molotov ke pusat pemerintahan dan melakukan pembakaran di jalan-jalan.

Polisi sudah melarang unjuk rasa hari Sabtu lalu. Demonstrasi itu bertujuan untuk memperingati lima tahun Cina menolak menggelar pemilihan umum demokratis di Hong Kong. Namun, pengunjuk rasa tetap menggelar aksi mereka seperti yang telah mereka lakukan sepanjang musim panas ini.

Berulang kali pengunjuk rasa memprovokasi dan menghalau polisi. Mereka baru mundur setiap kali pasukan antihuru-hara maju untuk menghindari bentrok langsung seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya. n lintar satria/fergi nadira/ap ed: yeyen rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement