REPUBLIKA.CO.ID, DHAMAR -- Para petugas penyelamat di Yaman terus melakukan pencarian jenazah di antara reruntuhan bangunan, dua hari pascaserangan udara oleh koalisi militer pimpinan Saudi yang menghantam kompleks penjara. Dalam serangan tersebut, lebih dari 100 orang meninggal.
Petugas-petugas Bulan Sabit Merah Yaman memasukkan mayat-mayat ke dalam kantong putih. Buldoser dan alat-alat berat lainnya berusaha membuka jalan agar mayat dapat dikeluarkan dari reruntuhan sebelum membusuk di lokasi tersebut di Dhamar, Yaman barat daya.
"Saya berada di dekat jendela ketika mendengar pesawat tempur diikuti pengeboman. Saya lantas pingsan dan ketika tersadar, jendela dan tembok sudah menimpa punggung saya. Ketika tim penyelamat datang, saya berteriak dari bawah reruntuhan," kata Assem Mohammed Ismail, salah satu penyintas yang dirawat di bangsal rumah sakit di Dhamar.
Jumlah terbaru mengenai korban meninggal masih belum diketahui. Namun, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) di Yaman, seusai mengunjungi kompleks penjara dan rumah sakit menyebutkan lebih dari 100 orang meninggal, Ahad(1/9).
Pada Senin, juru bicara ICRC melaporkan butuh beberapa hari bagi tim penyelamat untuk mengetahui berapa banyak jumlah korban tewas. Koalisi Muslim Sunni, yang memerangi al-Houthi dukungan Iran selama empat tahun di Yaman, mengaku pihaknya menghancurkan situs penyimpanan drone dan rudal di Dhamar.
Aliansi militer mengatakan telah mengambil sejumlah langkah untuk melindungi warga sipil dalam serangan tersebut. Mereka berpendapat serangan itu tidak melanggar hukum internasional.