Selasa 03 Sep 2019 16:53 WIB

Hizbullah Ancam Serang Wilayah Israel

Israel menyebut siap menghadapi skenario apapun dengan Hizbullah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Pemimpin kelompok Hizbullah Lebanon, Sayyed Hassan Nasrallah.
Foto: Reuters
Pemimpin kelompok Hizbullah Lebanon, Sayyed Hassan Nasrallah.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT – Pemimpin Hizbullah Lebanon Hassan Nasrallah mengatakan tidak ada lagi garis merah dalam konfrontasi kelompoknya dengan Israel. Dia mengancam akan melancarkan serangan jauh ke dalam perbatasan Israel.

Hal itu dia ungkapkan setelah Hizbullah terlibat pertempuran dengan Israel akhir pekan lalu. “Kemarin, perlawanan mematahkan garis merah terbesar Israel dalam beberapa dekade. Pada masa lalu, ketika kami diserang, kami merespons di Perkebunan Shebaa. Tapi kemarin, responsnya ada di seberang perbatasan,” kata Nasrallah pada Senin (2/9), dikutip laman Al Araby.

Baca Juga

Oleh sebab itu, Nasrallah menilai tidak ada lagi garis merah. “Jika Anda (Israel) menyerang kami, perbatasan Anda, tentara, dan permukiman, termasuk yang di perbatasan dan yang jauh di dalam (Israel) akan terancam serta ditargetkan. Jika ada agresi terhadap Lebanon, tidak akan ada perbatasan internasional,” ujarnya.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengatakan negaranya siap menghadapi skenario apa pun dengan kelompok Hizbullah. Hal itu dia utarakan setelah pangkalan dan kendaraan militer Israel menjadi target serangan Hizbullah.

“Kami diserang oleh beberapa roket anti-tank. Kami meresponsnya dengan (menembakkan) 100 peluru, tembakan udara, dan berbagai tindakan. Kami sedang dalam konsultasi tentang apa yang akan datang. Saya telah memberikan instruksi yang harus disiapkan untuk skenario apa pun dan kami akan memutuskan apa yang akan terjadi selanjutnya tergantung pada bagaimana hal-hal berkembang,” ujar Netanyahu.

Ketegangan antara Israel dan Hizbullah terjadi setelah adanya dua pesawat nirawak (drone) Israel yang memasuki wilayah Lebanon, tepatnya di Beirut Selatan, sekitar dua pekan lalu. Nasrallah meyakini itu adalah drone militer yang mengemban misi pengintaian dan pengeboman.

Satu drone di antaranya jatuh setelah dilempari batu oleh warga ketika ia tengah terbang rendah. Kemudian drone terakhir disebut meledak di udara. Nasrallah menilai peristiwa itu sebagai ancaman serius. "Akan sangat berbahaya bagi Lebanon jika kita tetap diam atas pelanggaran ini," ujarnya. Militer Israel tak mengonfirmasi atau membantah tentang adanya drone yang memasuki wilayah Lebanon dua pekan lalu.  

Hizbullah dan Israel pernah berperang pada 2006. Hal itu terjadi setelah Hizbullah menangkap dua tentara Israel dalam serangan lintas-perbatasan. Pertempuran antara mereka berlangsung selama sebulan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement