REPUBLIKA.CO.ID, NEGOMBO -- Jumlah orang Sri Lanka yang berusaha masuk ke Australia secara ilegal lewat laut meningkat. Australia menyatakan mencegat satu kapal ke-13 yang membawa para pencari suaka dari Sri Lanka.
Panglima Operation Sovereign Borders Craig Furini mengatakan peningkatan tersebut bisa terkait dengan pengeboman Paskah terhadap hotel-hotel dan gereja-gereja di Sri Lanka. Pengeboman itu menewaskan ratusan orang dan menimbulkan ketakutan di pulau itu.
"Sudah ada peningkatan sedikit baru-baru ini," kata Furini kepada wartawan di Kota Pesisir Negombo, yang diyakini menjadi tempat transit bagi banyak migran menumpang kapal-kapal untuk mengungsi, Selasa (3/9).
Dia menambahkan, jelas pengeboman Paskah telah menimbulkan dampak, tapi juga sejumlah besar alasan belum diketahui mengapa orang akan berusaha datang ke Australia secara ilegal lewat laut. Kapal yang membawa 13 orang dicegat di lepas pantai Kepulauan Cocos, sebuah wilayah terpencil di Australia di Samudera India. Tercatat sudah 13 kapal dari Sri Lanka yang berusaha memasuki ke Australia dengan membawa para pencari suaka dalam 18 bulan belakangan.
Berdasarkan kebijakan imigrasi yang diberlakukan Australia, para calon pencari suaka yang dicegat di laut selagi berusaha mencapai Australia akan dikembalikan ke negara asal kapal itu. Para pencari suaka yang mencapai Australia dikirim ke fasilitas-fasilitas penahanan yang dikelola Australia di Papua Nugini dan Pulau Nauru, Pasifik Selatan. Mereka ditahan dengan kondisi yang dikecam banyak organisasi seperti PBB.
"Kebijakan-kebijakan proteksi perbatasan Australia tetap kuat dan tak berubah dan kami ingin orang-orang Sri Lanka mengetahui kebenaran mengenai ini dan mendorong komunitas menyampaikan pesan ini," kata Fuini.